Quantcast
Channel: Sindy is My Name
Viewing all articles
Browse latest Browse all 178

Upaya Menuliskan Kematian Sendiri

$
0
0
Picture is taken from here
Bagaimanakah cara paling mudah dan (mungkin) tidak terlalu menyakitkan untuk mati? Aku ingin mati dengan cepat, tanpa basa-basi. Tamat sebelum penyesalan merayap dalam hati.

Lalu aku mulai membayangkan seandainya saja "buku ajaib" seperti dalam film "Death Note" benar-benar ada. Aku menyebutnya "buku ajaib" karena bukankah mati adalah suatu keajaiban? Bayangkan, di saat milyaran orang di muka bumi ini ingin terus hidup (bahkan ada yang ingin hidup selamanya), buku tersebut bisa mengabulkan keinginanku untuk mati dengan cara apa pun. Ajaib, bukan? Oh, tentu saja aku hanya akan menuliskan namaku sendiri di situ, bukan nama orang lain karena aku bukanlah seorang pembunuh. Namun yang kupikirkan saat ini adalah bagaimana cara yang paling mudah dan (mungkin) tidak terlalu menyakitkan untuk mati?

Visualisasiku terlalu nyata. Aku merasa "buku ajaib" itu kini sudah ada dalam tanganku. Aku tinggal memikirkan saja cara untuk mati. Hmm...

Namaku menenggak racun serangga.

Uhhh, bagaimana rasanya? Racun serangga itu manis, pahit, atau tawar? Coba kutanyakan pada seranggakarena bertanya pada mereka yang sudah tewas setelah meminumnya pastilah mustahil. Sayangnya serangga tak bisa bicara. Jadi, kusimpulkan sendiri kalau racun serangga itu pahit. Aku tak mau mati dengan lidah dan kerongkongan terbakar karena menahan kepahitan racun itu. Coret cara ini!
Namaku menjatuhkan diri dari atas gedung bertingkat.

Bagaimana rasanya ketika, karena gaya gravitasi, tubuh menghantam tanah setelah jatuh dari ketinggian? Aku lalu membayangkan kepalaku pecah, tulang-tulangku patah, dan... otakku terburai. Oh, mengerikan! Aku tak ingin mati dengan tampang mengerikan seperti itu. Coret cara ini!

Namaku menabrakkan diri pada kereta yang melaju.

Wow, cara ini pasti akan terdengar dramatis. Semuanya pasti berlangsung dengan cepat. Aku hanya perlu melintasi palang pembatas ketika kereta sudah mendekat. Lalu... semuanya akan berlangsung begitu saja. Tubuhku akan terpental beratus-ratus meter, dan orang-orang akan menemukanku yang tak lagi bernyawa. Oh, tunggu. Aku tak suka dikerubungi apalagi saat itu terjadi mereka pasti akan mencelaku dengan menyebutku bodoh! Coret cara ini!

Namaku overdosis obat tidur.

Betapa damainya jika mati dengan cara ini. Tapi, tunggu... Bukankah aku benci menelan pil? Aku bahkan sudah muntah duluan sebelum pil tersebut masuk ke dalam mulutku. Arrgghhh! Coret cara ini!

Namaku tertikam badik tepat di dada kiri.

Betapa kerennya cara mati seperti ini! Jantungku, mana jantungku? Aku mulai merabai dadaku. Deg.. deg.. deg.. Ia berdetak dengan irama yang beraturan. Aku seperti sedang dininabobokan saat mendengarkan detak jantungku sendiri. Ah, jantungku yang baik, aku tak mungkin menyakitimu dengan badik tajam tak berperasaan itu. Coret cara ini!

Sudah 5 cara kupikirkan, tapi semuanya seperti bukan cara terbaik untuk mati. Dan sekarang entah kenapa rasa itutentu saja, rasa ingin mati, menguar bersamaan dengan uap kopi yang kuseduh di atas cangkir kesayanganku. Aku jadi... hmm katakanlah tak ingin mati.

Kamu marah? Kamu kecewa dengan tulisanku? Kamu mungkin punya ide yang lebih baik tentang cara yang paling mudah dan (mungkin) tidak terlalu menyakitkan untuk mati? Jika ia, bagaimana kalau kamu sendiri saja yang mencobanya?

Dan sebelum kamu melakukan caramu itu, ada baiknya jika kamu mencoba menjadi "aku" dalam tulisanku ini. Barangkali setelah itu kamu bisa berubah pikiran sepertiku. Karena aku di sini hanya sedang berupaya menuliskan kematianku sendiri. Kematian yang ternyataseberkuasa apa pun aku terhadap diriku sendiri, adalah kehendak Ilahi. "Buku ajaib" itu memang ada, tapi yang memegangnya hanyalah Dia. Kamu tahu, kan, siapa Dia?

Viewing all articles
Browse latest Browse all 178

Trending Articles