![]() |
Picture is taken from here |
4 tahun lalu ia hadir dalam hidupku, tanpa disengaja. Seperti kebetulan yang mengherankan.
"Caterpillar in the tree, how you wonder who you'll be. Can't go far but you can always dream. Wish you may and wish you might, don't you worry hold on tight. I promise you there will come a day. Butterfly fly away."
Aku baru saja menulis lirik salah satu lagu favoritku di status Facebook. Ketika memperhatikan beranda, hanya selang 5 detik setelah status tersebut kutulis, seseorang juga menulis status yang sama persis. Ia jelas tidak menyalin statusku.
Aku tersenyum kecil saat itu. 1 notifikasi muncul.
Ayako Matsuyama likes your status.
Aku tergelitik untuk mengunjungi profilnya. Ayako; ia orang yang sama yang menulis status tadi.
'Kebetulan' yang kemudian membawa kami ke perkenalan yang semakin jauh.
Ayako. Ia seorang gadis cantik berdarah campuran: Cina - Jepang - Indonesia. Perpaduan yang unik. Umurnya saat itu baru 23 tahun, lebih tua 4 tahun dari umurku. Ia baru setahun menetap di Indonesia setelah lulus dari Universitas Tokyo. Ia tinggal di apartemen pribadinya di Jakarta, sementara Oma dan ketiga adiknya tinggal di Tangerang.
Kami berkomunikasi dengan bahasa Inggris karena Ayako tak fasih berbahasa Indonesia.
Saat itu twitter belum booming seperti sekarang. Kami lalu bertukar alamat YM juga nomor telepon. Mempererat tali persahabatan di dunia maya lewat chat, SMS, ataupun telepon.
Aku semakin mengenalnya. Ia sosok yang lemah lembut, perhatian, dan dewasa. Aku semakin nyaman bercerita tentang apa saja padanya. Meski kami tak pernah bersua, aku sudah menganggapnya seperti kakak sendiri.
Di Facebook, banyak lelaki begitu memujanya tapi semua diabaikannya. Katanya mereka hanya tertarik padanya karena kecantikannya dan ia tidak suka.
"If a man love you cause of your beauty, one day he will leave you when he finds another woman who's more beautiful than you," katanya saat itu.
Lalu suatu hari, aku menemui suatu kejanggalan.
Hari itu, aku mendapati pacarku berselingkuh. Antara sakit hati dan geram, aku mencari seseorang untuk mendengarkan curahan hatiku. Hanya Ayako orang yang tepat! pikirku saat itu.
Setelah berpikir agak lama, aku mencoba menghubunginya lewat YM dan telepon. Tapi nihil! Tak ada jawaban. Kenapa seseorang yang sangat kuandalkan malah menghilang saat aku dirundung masalah? Aku lalu mulai menyalahkan diri sendiri karena sangat bergantung pada Ayako.
Sampai kemudian, rasa penasaran menggodaiku mengunjungi akun Facebook-nya. Kubuka profilnya dan di situ kutemukan seorang lelaki menulis sesuatu di wall-nya kira-kira 1 jam sebelumnya,
"Cece, you've left your cell phone in my house. Shasha has been trying to reach you by phone for many times, but I didn't pick up the phone cause I thought it's your privacy."
Aku menajamkan mata, ada 1 balasan di bawahnya,
"Oops! I forgot my cell phone there! Please keep it safe till I come back."
Oh, ternyata ponsel Ayako tertinggal di rumah lelaki itu. Tetapi, siapa lelaki itu?
Rasa penasaran semakin menggodaiku untuk mengunjungi profil Facebook lelaki bernama Ryan tersebut.
Kemudian kuketahui Ryan itu sebaya denganku. Ia menyukai fotografi karena terlihat di album fotonya yang berisi foto-foto menakjubkan hasil jepretannya. Selain itu, ia juga menyukai cosplay Kamen Rider. Lucu memang ketika mengetahui seorang lelaki dewasa masih menyukai sosok pahlawan ketika masa kanak-kanak.
Aku merasa Ryan lelaki yang baik, apalagi karena ia juga kenal dekat dengan Ayako. Aku lalu menambahkannya sebagai teman. Tak berapa lama permintaanku dikonfirmasi olehnya.
Aku pun seperti menemukan seorang sahabat baru, selain Ayako. Ryan, yang adalah sepupu Ayako tak kalah menyenangkan saat diajak berdiskusi tentang apa saja. Ia seperti sudah mengenal diriku lama. Ia bahkan tahu hobbi dan kebiasaan burukku sebelum aku bercerita padanya.
Aku merasakan 'chemistry' yang aneh yang makin hari makin membuat jantungku berdegup tak beraturan. Apalagi ketika Ryan memulai chat di YM, jari-jariku bahkan bergetar tak karuan saat mencoba mengetikkan kalimat balasan.
Apakah ini artinya aku jatuh cinta pada Ryan? batinku saat itu.
Karena tak mampu menahan gejolak dalam dada, aku lantas menceritakan apa yang tengah kurasakan pada Ayako lewat YM karena aku masih malu mengungkapkannya langsung pada Ryan. Namun anehnya, Ayako tak terkejut. Ia malah bersikap dingin dan perlahan tapi pasti mulai menjauhiku.
Aku dibuat heran dengan perubahan sikap Ayako terhadapku.
Apakah Ayako tak setuju jika aku sampai berpacaran dengan sepupunya? Atau Ayako malah cemburu dengan kedekatan kami? Bagaimana bisa?
Entah ada berapa banyak pertanyaan yang saat itu berkelebat di benakku.
Sampai kemudian, Ayako dan Ryan hilang bak ditelan bumi!
Tak ada lagi nama mereka di daftar temanku di Facebook dan YM. Bahkan nomor ponsel mereka sudah tak aktif. Aku kelimpungan!
Apa salahku sampai mereka tiba-tiba menjauhiku?
Seketika aku merasa sangat kehilangan 2 orang yang selama ini membuatku merasa nyaman saat bersama mereka. Aku kehilangan sosok kakak perempuan dan sosok lelaki yang (mungkin) kucintai pada saat bersamaan.
Tapi, aku tak menyerah. Aku terus melacak keberadaan mereka dengan mengandalkan internet. Hari berganti bulan, tapi mereka seperti telah lenyap ditelan bumi. Meski awalnya sakit, perlahan aku mulai melupakan mereka.
Sampai suatu hari, saat aku membuka akun Facebook, 1 notifikasi mengejutkanku,
Ryan Liem wrote something on your wall.
Jadi, ternyata selama ini Ryan hanya menonaktifkan akun Facebook-nya? aku membatin senang.
Tanpa berpikir panjang aku membuka profilku dan membaca apa yang ditulisnya di situ,
"Tadaa! Kotak Pandora telah terbuka. Terlalu cepat memang, tak sesuai dugaanku. Tapi, pada akhirnya seperti asap yang menghilang ditiup angin begitupun diriku. Aku tak bisa dimiliki oleh siapapun, termasuk kamu. Kamu memang pintar telah memecahkan teka-teki itu. By: Ayako Matsuyama."
Bruk! Jantungku seperti dipaksa keluar dari dada kiriku saat itu. Aku tak mengerti maksud Ryan dengan kalimatnya itu dan kenapa juga di akhir kalimat ada nama Ayako, seakan-akan itu ditulis oleh Ayako.
"What do you mean?"
Itulah balasanku yang masih keheranan mencoba menerka maksudnya.
Tak berapa lama, ia membalas,
"Aku lelah bersandiwara. Dan berada dalam kotak Pandora lama-lama membuatku pengap. Rahasia itu memang harus terungkap, cepat atau lambat, dan seberapa menyakitkan pun kenyataan yang akan terpampang di depan matamu nanti kamu harus menerimanya. Dear Shasha, tidakkah kamu sadar bahwa aku dan Ayako adalah orang yang sama? Ya, Ayako adalah alter akunku. Ia adalah diriku yang mencoba menyelami kepalsuan dan bibir penuh dusta para lelaki. Ia adalah lelaki bertopengkan gadis cantik yang ingin mengajar dirinya sendiri untuk tidak mencintai perempuan dari parasnya. Tapi, kehadiranmu telah mengacaukan semuanya! Apalagi setelah menemukan banyak kesamaan di antara kita, dan kemanjaanmu yang membuatku merasa harus terus melindungimu. Aku (juga) mencintaimu, Shahsa! Tapi, aku sadar, aku tak bisa dimiliki! Karena aku masih ingin terus bermain dalam topeng Ayako; tertawa saat para lelaki brengsek berteriak karena tak bisa mendapatkanku."
Glek! Mendadak persendian tubuhku terasa rapuh. Ingin pingsan rasanya mendapati kenyataan bahwa Ryan dan Ayako adalah orang yang sama, dan kenyataan bahwa Ryan tak bisa kumiliki seperti menghempaskanku pada pusaran hitam nan kelam.
Aku kembali membaca balasannya. Kucerna tiap kata yang dituliskannya. Aku mengerti, sepenuhnya mengerti permainan Ryan. Hanya saja, aku belum bisa menerima kenyataan yang terpampang di depan mataku! Terlalu menyakitkan!
"Tapi, siapa yang selama ini meladeni teleponku ketika aku menelepon Ayako?"
Aku mengetik balasan tersebut sambil berharap balasan yang kudapat kalau Ryan hanya bercanda dengan teka-teki kotak Pandora itu.
"Itu Christin, adikku. Selama ini ia juga yang membantuku 'menipu' para lelaki bajingan! Hahahahaha."
Jawabannya seperti kaki raksasa yang menginjak tubuh kecilku. Aku merasa bodoh karena selama ini membiarkan diriku dipermainkan.
Segera kuambil segelas air putih dan meneguknya untuk menenangkan pikiran.
Aku harus menerima kalau Ayako itu adalah Ryan! kembali kalimat yang sama kuteriakkan dalam hati untuk mensugesti pikiranku.
Setelah merasa agak tenang, aku mulai mengetikkan balasan,
"Baiklah, meski memang berat tapi mau tak mau aku harus menerima kenyataan bahwa kamu dan Ayako adalah orang yang sama. Aku menerimanya, Ryan! Jadi, apakah itu artinya kita masih berteman? Seperti dulu?"
Aku merendahkan diri serendah-rendahnya dengan harapan kecemasan itu bisa berbalas hal yang manis.
"Shasha... Shasha! Tak semua hal di dunia ini bisa kamu miliki dengan mudah. Cinta salah satunya. Aku juga salah satunya. Karena kamu yang telah membuka kotak Pandora itu, maka aku tak berhak dimiliki olehmu."
Aku menangis sejadinya membaca balasan darinya. Ryan telah melukai hatiku. Telak. Aku terlena dalam permainannya yang memabukkan yang akhirnya menjerumuskanku ke dalam got yang berbau pesing.
***
Malam ini, bulir-bulir hangat tanpa kusadari membasahi pipiku saat iPod yang sedang kuputar memainkan lagu 'Butterfly Fly Away' yang dinyanyikan Miley Cyrus.
Aku seperti terlempar kembali ke kejadian 4 tahun lalu itu. Sosok Ryan dan Ayako kembali bergentayangan di benakku.
Kupu-kupu telah terbang dari kotak Pandora dan tak mungkin kembali lagi.
Sebuah ide gila mendadak muncul di otakku. Aku lantas meraih ponselku dan menelepon seseorang,
"Hallo, Shasha. Bisa bantu saudara kembarmu ini lagi? Sepertinya ada cowok yang menarik di twitter yang ingin kudekati."
"Rafa! Kenapa kamu belum juga berubah? Kamu itu laki-laki dan tak sepantasnya mendekati laki-laki! Aku capek ikut dalam permainan bodohmu!" suara bernada kekesalan di ujung telepon baru saja membentakku, tapi aku tak kehilangan keberanian untuk memintanya menuruti keinginanku.
Memang ada yang salah dengan mencintai sesama jenis? Toh, kotak Pandora yang kupunya belum ada yang berhasil membukanya. Hahahaha. Aku menyeringai sambil mengucapkan kalimat itu dalam hati.