Quantcast
Channel: Sindy is My Name
Viewing all 178 articles
Browse latest View live

Kupu-Kupu Dalam Kotak Pandora

$
0
0
Picture is taken from here

4 tahun lalu ia hadir dalam hidupku, tanpa disengaja. Seperti kebetulan yang mengherankan.
"Caterpillar in the tree, how you wonder who you'll be. Can't go far but you can always dream. Wish you may and wish you might, don't you worry hold on tight. I promise you there will come a day. Butterfly fly away."
Aku baru saja menulis lirik salah satu lagu favoritku di status Facebook. Ketika memperhatikan beranda, hanya selang 5 detik setelah status tersebut kutulis, seseorang juga menulis status yang sama persis. Ia jelas tidak menyalin statusku.

Aku tersenyum kecil saat itu. 1 notifikasi muncul.
Ayako Matsuyama likes your status.
Aku tergelitik untuk mengunjungi profilnya. Ayako; ia orang yang sama yang menulis status tadi.

'Kebetulan' yang kemudian membawa kami ke perkenalan yang semakin jauh.

Ayako. Ia seorang gadis cantik berdarah campuran: Cina - Jepang - Indonesia. Perpaduan yang unik. Umurnya saat itu baru 23 tahun, lebih tua 4 tahun dari umurku. Ia baru setahun menetap di Indonesia setelah lulus dari Universitas Tokyo. Ia tinggal di apartemen pribadinya di Jakarta, sementara Oma dan ketiga adiknya tinggal di Tangerang.

Kami berkomunikasi dengan bahasa Inggris karena Ayako tak fasih berbahasa Indonesia.

Saat itu twitter belum booming seperti sekarang. Kami lalu bertukar alamat YM juga nomor telepon. Mempererat tali persahabatan di dunia maya lewat chat, SMS, ataupun telepon.

Aku semakin mengenalnya. Ia sosok yang lemah lembut, perhatian, dan dewasa. Aku semakin nyaman bercerita tentang apa saja padanya. Meski kami tak pernah bersua, aku sudah menganggapnya seperti kakak sendiri.

Di Facebook, banyak lelaki begitu memujanya tapi semua diabaikannya. Katanya mereka hanya tertarik padanya karena kecantikannya dan ia tidak suka.

"If a man love you cause of your beauty, one day he will leave you when he finds another woman who's more beautiful than you," katanya saat itu.

Lalu suatu hari, aku menemui suatu kejanggalan.

Hari itu, aku mendapati pacarku berselingkuh. Antara sakit hati dan geram, aku mencari seseorang untuk mendengarkan curahan hatiku. Hanya Ayako orang yang tepat! pikirku saat itu.

Setelah berpikir agak lama, aku mencoba menghubunginya lewat YM dan telepon. Tapi nihil! Tak ada jawaban. Kenapa seseorang yang sangat kuandalkan malah menghilang saat aku dirundung masalah? Aku lalu mulai menyalahkan diri sendiri karena sangat bergantung pada Ayako.

Sampai kemudian, rasa penasaran menggodaiku mengunjungi akun Facebook-nya. Kubuka profilnya dan di situ kutemukan seorang lelaki menulis sesuatu di wall-nya kira-kira 1 jam sebelumnya,
"Cece, you've left your cell phone in my house. Shasha has been trying to reach you by phone for many times, but I didn't pick up the phone cause I thought it's your privacy."
Aku menajamkan mata, ada 1 balasan di bawahnya,
"Oops! I forgot my cell phone there! Please keep it safe till I come back."
Oh, ternyata ponsel Ayako tertinggal di rumah lelaki itu. Tetapi, siapa lelaki itu?

Rasa penasaran semakin menggodaiku untuk mengunjungi profil Facebook lelaki bernama Ryan tersebut.

Kemudian kuketahui Ryan itu sebaya denganku. Ia menyukai fotografi karena terlihat di album fotonya yang berisi foto-foto menakjubkan hasil jepretannya. Selain itu, ia juga menyukai cosplay Kamen Rider. Lucu memang ketika mengetahui seorang lelaki dewasa masih menyukai sosok pahlawan ketika masa kanak-kanak.

Aku merasa Ryan lelaki yang baik, apalagi karena ia juga kenal dekat dengan Ayako. Aku lalu menambahkannya sebagai teman. Tak berapa lama permintaanku dikonfirmasi olehnya.

Aku pun seperti menemukan seorang sahabat baru, selain Ayako. Ryan, yang adalah sepupu Ayako tak kalah menyenangkan saat diajak berdiskusi tentang apa saja. Ia seperti sudah mengenal diriku lama. Ia bahkan tahu hobbi dan kebiasaan burukku sebelum aku bercerita padanya.

Aku merasakan 'chemistry' yang aneh yang makin hari makin membuat jantungku berdegup tak beraturan. Apalagi ketika Ryan memulai chat di YM, jari-jariku bahkan bergetar tak karuan saat mencoba mengetikkan kalimat balasan.

Apakah ini artinya aku jatuh cinta pada Ryan? batinku saat itu.

Karena tak mampu menahan gejolak dalam dada, aku lantas menceritakan apa yang tengah kurasakan pada Ayako lewat YM karena aku masih malu mengungkapkannya langsung pada Ryan. Namun anehnya, Ayako tak terkejut. Ia malah bersikap dingin dan perlahan tapi pasti mulai menjauhiku.

Aku dibuat heran dengan perubahan sikap Ayako terhadapku.

Apakah Ayako tak setuju jika aku sampai berpacaran dengan sepupunya? Atau Ayako malah cemburu dengan kedekatan kami? Bagaimana bisa?

Entah ada berapa banyak pertanyaan yang saat itu berkelebat di benakku.

Sampai kemudian, Ayako dan Ryan hilang bak ditelan bumi!

Tak ada lagi nama mereka di daftar temanku di Facebook dan YM. Bahkan nomor ponsel mereka sudah tak aktif. Aku kelimpungan!

Apa salahku sampai mereka tiba-tiba menjauhiku?

Seketika aku merasa sangat kehilangan 2 orang yang selama ini membuatku merasa nyaman saat bersama mereka. Aku kehilangan sosok kakak perempuan dan sosok lelaki yang (mungkin) kucintai pada saat bersamaan.

Tapi, aku tak menyerah. Aku terus melacak keberadaan mereka dengan mengandalkan internet. Hari berganti bulan, tapi mereka seperti telah lenyap ditelan bumi. Meski awalnya sakit, perlahan aku mulai melupakan mereka.

Sampai suatu hari, saat aku membuka akun Facebook, 1 notifikasi mengejutkanku,
Ryan Liem wrote something on your wall.
Jadi, ternyata selama ini Ryan hanya menonaktifkan akun Facebook-nya? aku membatin senang.

Tanpa berpikir panjang aku membuka profilku dan membaca apa yang ditulisnya di situ,
"Tadaa! Kotak Pandora telah terbuka. Terlalu cepat memang, tak sesuai dugaanku. Tapi, pada akhirnya seperti asap yang menghilang ditiup angin begitupun diriku. Aku tak bisa dimiliki oleh siapapun, termasuk kamu. Kamu memang pintar telah memecahkan teka-teki itu. By: Ayako Matsuyama."
Bruk! Jantungku seperti dipaksa keluar dari dada kiriku saat itu. Aku tak mengerti maksud Ryan dengan kalimatnya itu dan kenapa juga di akhir kalimat ada nama Ayako, seakan-akan itu ditulis oleh Ayako.
"What do you mean?"
Itulah balasanku yang masih keheranan mencoba menerka maksudnya.

Tak berapa lama, ia membalas,
"Aku lelah bersandiwara. Dan berada dalam kotak Pandora lama-lama membuatku pengap. Rahasia itu memang harus terungkap, cepat atau lambat, dan seberapa menyakitkan pun kenyataan yang akan terpampang di depan matamu nanti kamu harus menerimanya. Dear Shasha, tidakkah kamu sadar bahwa aku dan Ayako adalah orang yang sama? Ya, Ayako adalah alter akunku. Ia adalah diriku yang mencoba menyelami kepalsuan dan bibir penuh dusta para lelaki. Ia adalah lelaki bertopengkan gadis cantik yang ingin mengajar dirinya sendiri untuk tidak mencintai perempuan dari parasnya. Tapi, kehadiranmu telah mengacaukan semuanya! Apalagi setelah menemukan banyak kesamaan di antara kita, dan kemanjaanmu yang membuatku merasa harus terus melindungimu. Aku (juga) mencintaimu, Shahsa! Tapi, aku sadar, aku tak bisa dimiliki! Karena aku masih ingin terus bermain dalam topeng Ayako; tertawa saat para lelaki brengsek berteriak karena tak bisa mendapatkanku."
Glek! Mendadak persendian tubuhku terasa rapuh. Ingin pingsan rasanya mendapati kenyataan bahwa Ryan dan Ayako adalah orang yang sama, dan kenyataan bahwa Ryan tak bisa kumiliki seperti menghempaskanku pada pusaran hitam nan kelam.

Aku kembali membaca balasannya. Kucerna tiap kata yang dituliskannya. Aku mengerti, sepenuhnya mengerti permainan Ryan. Hanya saja, aku belum bisa menerima kenyataan yang terpampang di depan mataku! Terlalu menyakitkan!
"Tapi, siapa yang selama ini meladeni teleponku ketika aku menelepon Ayako?"
Aku mengetik balasan tersebut sambil berharap balasan yang kudapat kalau Ryan hanya bercanda dengan teka-teki kotak Pandora itu.
"Itu Christin, adikku. Selama ini ia juga yang membantuku 'menipu' para lelaki bajingan! Hahahahaha."
Jawabannya seperti kaki raksasa yang menginjak tubuh kecilku. Aku merasa bodoh karena selama ini membiarkan diriku dipermainkan.

Segera kuambil segelas air putih dan meneguknya untuk menenangkan pikiran.

Aku harus menerima kalau Ayako itu adalah Ryan! kembali kalimat yang sama kuteriakkan dalam hati untuk mensugesti pikiranku.

Setelah merasa agak tenang, aku mulai mengetikkan balasan,
"Baiklah, meski memang berat tapi mau tak mau aku harus menerima kenyataan bahwa kamu dan Ayako adalah orang yang sama. Aku menerimanya, Ryan! Jadi, apakah itu artinya kita masih berteman? Seperti dulu?"
Aku merendahkan diri serendah-rendahnya dengan harapan kecemasan itu bisa berbalas hal yang manis.
"Shasha... Shasha! Tak semua hal di dunia ini bisa kamu miliki dengan mudah. Cinta salah satunya. Aku juga salah satunya. Karena kamu yang telah membuka kotak Pandora itu, maka aku tak berhak dimiliki olehmu."
Aku menangis sejadinya membaca balasan darinya. Ryan telah melukai hatiku. Telak. Aku terlena dalam permainannya yang memabukkan yang akhirnya menjerumuskanku ke dalam got yang berbau pesing.

***

Malam ini, bulir-bulir hangat tanpa kusadari membasahi pipiku saat iPod yang sedang kuputar memainkan lagu 'Butterfly Fly Away' yang dinyanyikan Miley Cyrus.

Aku seperti terlempar kembali ke kejadian 4 tahun lalu itu. Sosok Ryan dan Ayako kembali bergentayangan di benakku.

Kupu-kupu telah terbang dari kotak Pandora dan tak mungkin kembali lagi.

Sebuah ide gila mendadak muncul di otakku. Aku lantas meraih ponselku dan menelepon seseorang,

"Hallo, Shasha. Bisa bantu saudara kembarmu ini lagi? Sepertinya ada cowok yang menarik di twitter yang ingin kudekati."

"Rafa! Kenapa kamu belum juga berubah? Kamu itu laki-laki dan tak sepantasnya mendekati laki-laki! Aku capek ikut dalam permainan bodohmu!" suara bernada kekesalan di ujung telepon baru saja membentakku, tapi aku tak kehilangan keberanian untuk memintanya menuruti keinginanku.

Memang ada yang salah dengan mencintai sesama jenis? Toh, kotak Pandora yang kupunya belum ada yang berhasil membukanya. Hahahaha. Aku menyeringai sambil mengucapkan kalimat itu dalam hati.

Gadis di Balik Cermin Pagi

$
0
0
Pagi itu adalah kesekian kalinya ia memandangi cermin. Cermin seperti telah menjadi sahabatnya sejak ia memasuki usia remaja, di mana aura kegadisannya semakin nampak dan membuat beberapa lelaki menelan ludah. Tapi, itu dulu.

Ketika ia memandangi cermin pagi itu, tampak 2 garis keriput di bawah matanya. Pertambahan usia pelan tapi pasti mulai merenggut kemudaannya, tapi ia tak kecewa. Setidaknya itulah tanda bahwa ia telah berhasil melewati jalur kehidupan yang tampak berliku dan semakin mendewasa karenanya.

Ia lantas memandangi matanya. Warisan Ayahnya yang sangat melekat kuat sebagai citra dirinya. Ia begitu mengagumi matanya, sama seperti ia mengagumi sosok yang mewariskan mata itu padanya. Padahal kalau diperhatikan dengan saksama kedua matanya tak sama besar. Mata kirinya lebih besar dari mata kanan. Tapi, ia bersyukur karena dengan mata yang bentuknya tak sempurna itu, ia telah melihat banyak keajaiban dunia teristimewa yang dihadirkan oleh sosok seorang Ayah.

Hidung yang kecil hampir selalu lolos dari perhatiannya. Hidungnya tak pesek juga tak mancung. Tapi, hidung itu selalu mengingatkannya pada perkataan tantenya ketika ia masih kecil, “Emang kamu nggak punya hidung sampe malu ketemu tante?” Dulu, ia tak mengerti maksud kalimat tantenya itu. Saat ia mulai bergaul, akhirnya ia mengerti ternyata ia memang sangat pemalu; ‘tak punya hidung’ adalah istilah yang tepat untuk seseorang yang merasa minder ketika bergaul. Dan perkataan tantenya yang menjadi pemicu baginya untuk menanggalkan rasa minder itu. Ia pun terbentuk menjadi pribadi yang supel dan pintar bergaul. Setidaknya, itu kata teman-teman juga keluarganya.

Di antara hidung dan bibir ada tahi lalat kecil yang seperti menjadi ‘icon’ dirinya. Kata orang, “seseorang yang punya tahi lalat di atas bibir cenderung cerewet dan pintar berbicara.” Antara percaya dan tidak, ia tak bisa menyangkal ‘kata orang’ itu, karena dirinya memang suka sekali bercerita. Tapi, ia bersyukur ‘kecerewetannya’ itu membuatnya sering didaulat sebagai pemandu acara, baik di acara dalam skala kecil maupun besar dan hal itu semakin menambah rasa percaya dirinya.

Lalu bibirnya, bibir yang kecil dan tipis yang rentan menjadi sasaran gigitannya ketika ia sedang berpikir. Bibir itu tak merekah karena kebiasaannya ‘mencandui’ kopi. Ia sering membagi kecup kepada siapapun yang ia sayangi dengan bibir mungil tersebut.

Di balik bibirnya ada barisan gigi yang tak sepenuhnya rapi. Waktu kecil, ia suka menggoyangkan giginya sampai tanggal hingga 2 gigi depan sebelah kanan (atas dan bawah) tumbuh melenceng dari barisan. Mungkin 2 gigi tersebut sama dengan sifatnya yang sering suka ‘melenceng’ dari aturan. Karena ia memang keras kepala dan tak suka diatur.

Pipinya tidak tembem juga tidak kurus. Yang menjadikannya juga mengagumi pipinya adalah kehadiran lesung pipi di pipi sebelah kiri. Lesung pipi itu cukup dalam sampai-sampai jempolnya bisa masuk saat ia usil menusuk lesung pipinya. Banyak yang memanggilnya dengan sebutan ‘gadis berlesung pipi’, ia hanya tersenyum dan menganggapnya pujian. Ia suka dipuji tak tak pernah mau dipuja karena pikirnya, ia memang bukan Tuhan.

Memperhatikan daun telinganya yang lebar, sebenarnya ia sedikit terganggu. Tapi hal itu memudahkan kebiasaannya melipat-lipat daun telinga sebelum tidur. Ia juga suka ketika ada yang berbisik ke telinganya. Saat desiran udara hangat menembus lubang telinga, ada geli juga nikmat yang dirasakannya. Tapi, telinganya ditutup rapat-rapat ketika ada yang hendak menebar gosip. Ia tidak suka gosip, baginya bergosip itu pekerjaan orang bodoh!

Rambut yang hitam, lurus, dan panjangnya sebahu mengingatkan dirinya pada sosoknya yang plin-plan. Karena dibutuhkan waktu berbulan-bulan untuk ia akhirnya memutuskan memotong rambut yang tadinya panjang sampai pinggang. Terlalu banyak mempertimbangkan segala sesuatu membuatnya sering sulit mengambil keputusan.

Tak terasa ia telah memandangi cermin selama hampir 30 menit. Kebiasaan yang menyita waktu tapi sekaligus mengundang senyum. Ia tersenyum dan seketika menertawakan dirinya yang dulu sangat mengagungkan kecantikan; menjadikan kecantikan sebagai senjata untuk menarik perhatian orang lain (terutama lawan jenis).

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia,” itulah kutipan ayat dalam kitab sucinya yang menyadarkannya.

Ia telah memutuskan untuk mempercantik hati, karena itulah definisi cantik yang sebenarnya. Ketika seorang perempuan memiliki kelembutan hati dan mengasihi Tuhan serta sesama, kecantikan jelas akan terpancar dari wajahnya.

Gadis itu bersyukur diciptakan dengan ‘sempurna’ dan normal, meskipun ia harus melindungi diri agar tidak tergoda dengan buaian dunia yang memabukkan.

Gadis di balik cermin itu adalah aku. Semoga dengan tulisan ini, aku bisa mengenal diriku lebih baik lagi. :)

*Ditulis untuk menjawab #TantanganNulis Jia Effendi

Jejak Gadis Berhijab di Boracay

$
0
0
Picture is taken from here
“It's like why people read scary books or go see scary movies. Because it creates a distance. They're scared, but they're not going to get hurt.” -Vincent D'Onofrio 
Suara deburan ombak menjadi melodi pengantar tidur di siang yang terik ini. Setelah asyik menikmati panorama alam dengan berjalan kaki di bibir pantai Phuka, Boracay, perasaan tak enak dalam hati seketika tersapu bersamaan dengan ombak yang menggulung di atas pasir putih. Memang benar kata seorang teman backpacker yang pernah berlibur kemari sebelumnya, "Amihan season is the best season to enjoy Boracay Island."

"Are you feel comfortable wearing that hijab on this sunny day?" suara seorang lelaki baru saja mengusik keheningan dalam pikiranku. Aku spontan membuka mata dan mencari asal suara tersebut.

Tampak di depan mataku kini seorang lelaki berjambang tipis dengan mata sipit yang jernih, hidungnya mancung dan rambut hitamnya berkilau tertimpa cahaya matahari. Aku menelan ludah sambil mengagumi keindahan yang terpampang nyata saat ini.

Keajaiban apa yang membuat seorang pangeran tiba-tiba terdampar di sampingku? batinku seketika tergelitik.

"Excuse me, do I know, Mister?" aku mencoba bersikap sopan sambil sedikit berbasa-basi.

Ia lantas mengulurkan tangan kanannya yang dipenuhi bulu yang lumayan lebat.

"I'm Chantavit. How about you, Cute girl in hijab?" pipiku yang tembem mungkin sudah merona saat itu.

Ia baru saja memanggilku dengan sebutan "cute girl"? Mungkin ia satu-satunya lelaki yang pernah memujiku demikian selain Papaku. Angin yang sepoi-sepoi rasanya sedang menerbangkan badanku yang lumayan berat dengan entengnya ke langit ketujuh.

"I'm Putri. I come from Indonesia. Where do you come from, Chantal... Oops, sorry! I mean Chantaaa..."

"Chantavit, my name is Chantavit; maybe it's a difficult name to say. I come from Bangkok," seulas senyum membusur di wajahnya.

"So, your name is "Poetry"? How smart your parents to give that unique name," katanya lagi.

"Haha, my name is 'Putri'. In English, it means 'princess'," aku mencoba menjelaskan. Kecanggungan di antara kami seketika hilang begitu saja.

"Princess in Hijab, right? Anyway, are you still comfortable using that hijab on this, you know, sunny day?"tanyanya lagi sambil menatap kagum hijab berwarna pink yang kukenakan.

"I'm comfortable with my own commitment, so it's not a problem wearing hijab even on a sunny day like this," jawabku sekenanya sambil mengatur letak hijabku yang mulai sedikit berantakan. Rambutku yang kemerahan sedikit mencuat keluar saat itu. Dengan segera aku merapikannya dan menutupinya dengan hijab.

Pembicaraan kami berlanjut. Chantavit ternyata cukup mengenal Indonesia karena pernah 2 kali berlibur ke Bali dan Raja Ampat.

"I think Indonesia is also a great country. The tourism places are so amazing. The people are so kind. I wish someday I could travel again to Indonesia and hmm, meet you there hehe," aku hanya mengangguk sambil tersenyum simpul. Sesuatu di balik dadaku seakan ingin meloncat keluar.

Andai saja kamu tahu orang Indonesia yang sebenarnya, masih banyak padahal yang tidak tahu sopan dengan men-judge seseorang berdasarkan penampilan fisiknya. They act like the most perfect God's creature dan orang-orang seperti akulah yang menjadi bulan-bulanan pergunjingan mereka. Tanpa kusadari aku mulai menggerutu dalam hati dan seketika bayangan kejadian menyebalkan yang membuatku memutuskan untuk berlibur sendiri ke Boracay terputar di otakku.

"Si gendut lewat, hati-hati lantai bisa retak!"

"Put, kamu tiap hari dikasih makan arang, yah? Kok kulitmu hitam kayak arang?"

"Tuh pipi ditempelin bakpao kali, yah? Chubby amat kayak gajah sakit gigi."

"HAHAHAHA... Kamu cantik sih, tapi lebih cantik lagi kalo dimuseumkan."

Dan entah ada berapa banyak lagi celaan dari mereka-yang-tak-pernah-kuanggap-teman pernah masuk ke telingaku, hingga membuat gendang telingaku mau pecah. Manusia juga punya batas kesabaran dan menurutku mereka itu sudah sangat keterlaluan!

Untung saja aku masih punya keluarga dan beberapa teman dekat yang sangat menghargaiku sebagaimana diriku ini.

"Kamu itu cantik dan ciptaan Tuhan yang berharga, Putri. Jangan hiraukan kata-kata mereka. Bila mereka menghinamu itu berarti mereka iri denganmu," itulah ucapan Papa yang selalu menguatkanku; menempaku menjadi sosok yang cuek dan berpikir positif untuk setiap celaan yang masuk.

Tanpa kusadari mata besarku mulai berkaca-kaca ketika 'asyik bermain' dengan bayangan itu.

"Are you okay, Putri?" suara berat namun lembut itu membuyarakan lamunanku.

Sesuatu yang menggantung di dadanya berkilau tertimpa cahaya. Sebuah kalung berbentuk salib yang seketika menusuk jantungku.

"Sorry, but I have to go," tanpa pikir panjang aku segera meninggalkannya yang terus memanggil namaku dalam tanda tanya besar.

So sorry, Chantavit. But I have to make a distance with someone whom I can't be felt in love with. We're different. Totally different.

Pasir putih yang kuinjak seketika meninggalkan jejak. Jejak seorang gadis yang mencoba membuat jarak dengan seseorang yang telah berhasil membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.

*Ditulis untuk menjawab #tantangannulis (part 2) Jia Effendie sebagai lanjutan tulisan Putri Jambidi"I'm Ordinary People"

Mungkin Kamu Hanya GR

$
0
0

Yeah let me call you as Miss GR, though it’s totally changed cause in my previous letter few months ago I called you as ‘tukang nyamber’. Hmm, better write in Indonesian. Hohoo…

Pertama-tama (resmi banget), aku menulis surat ini dengan cucuran keringat dan darah. Ya, aku baru saja selesai jogging dan kebetulan dengan ditemani my ‘monthly guest’ (if you know what I mean). Pagi ini sebenarnya aku lagi demam dan batuk, tapi demi mencerahkan pikiran yang kalang-kabut maka aku memutuskan untuk jogging sekaligus cuci mata (kali aja ada cogan yang juga jogging dan nggak sengaja berpapasan denganku di jalan hingga terjadilah adegan ‘tabrakan tak disengaja’ kayak di FTV-FTV, tapi sayangnya sih pagi ini aku belum beruntung). *ihiks*
*Caution: jangan baca kelanjutannya kalo nggak mau bosen karena seperti di suratku sebelumnya, pasti ada tsurhat terselubung. :p
Sebenarnya cuaca di sini cerah, tapi hatiku mendung karena tadi malam aku habis dimarahi Mama. Singkat cerita, Mama melarangku untuk nyetir sampai BATAS WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN karena semalam aku hampir saja menabrak orang. Ya, mataku memang sudah rabun (jauh). Dalam radius ± 20 meter pandangan mataku mulai samar hingga kalo suatu saat kita bertemu dan dari jarak tersebut kamu memanggilku sudah pasti aku tak bisa mengenalimu. ._.

Kamu perlu tahu juga, aku kalo dimarahi bisa sampe terbawa mimpi. Mimpi buruk tepatnya. Jadi, semalam aku bermimpi dikejar algojo yang mau memenggal kepalaku. Penampakannya kayak Tweedledum and Tweedledee di Alice in Wonderland. Badannya besar, kepalanya botak, dan wajahnya mengerikan. Ia mengejarku dengan maksud menebas kepalaku. Jelas saja aku ketakutan dan lari untuk menyelamatkan diri.

Di mimpi itu, aku lalu bertemu naga yang kemudian membantuku terbang dan terbebas dari kejaran algojo raksasa. Tanganku lalu mengeluarkan api, hingga dari atas udara aku mengarahkan tanganku sambil berucap ‘Avada Kedavra’ ke algojo itu dan ia tewas terbakar. Aku heran dengan kekuatan api di tanganku. Kata naga, itu karena aku keturunan Hephaestus. I was a demigod. ._.

Saat terbangun, badanku demam tinggi dan mimpi itu mungkin akibat dari sebelum tidur aku membaca novel berjudul “The Lost Hero” yang ditulis Rick Riordan (sebelumnya aku juga sempat menonton Harry Potter di TV).

Lalu, apa hubungannya kegamangan hatiku dengan suratmu sebelumnya yang menyebutkan aku ini stalker (as I’ve ever confessed before)?

Jadiiii, hubungannya ada di sini…

I come to twitter every time I need to entertain myself, and also enrich my knowledge and my interest in some things by reading some twitter users’ tweets. Jadi, ketika dunia nyata mulai membosankan, mulailah aku berseluncur di twitter.

And FOR YOUR INFORMATION you’re not the only one account whom I used to stalk to. As I ever told in a post: “7 Akun Twitter Terfavorit”, you’re one of those (lucky) 7. :p

*kembali pake bahasa Indonesia*

Jadi, karena aku suka baca tweet kalian bertujuh maka aku sengaja membuat “list” yang kuberi nama "Fave Accs" agar supaya aku bisa membaca tweet kalian kapan saja (cause the fact is I’m not on twitter almost every hour dan aku juga nggak punya yang-katanya-admin-yang-bisa-bergantian-selama-24-jam seperti ‘admin’ di akunmu.) *pretending to be naïve to believe you have ‘admin’ for your account* ._.

So, what’s the main point of this letter? Intinya sih, mungkin kamu hanya GR karena sebenarnya kamu bukan satu-satunya akun yang aku stalk di twitter. Tapi, tetaplah GR karena aku mungkin akan terus menjadi penelik (pinjam istilahnya, yah? ) di akunmu sampai BATAS WAKTU YANG BELUM DITENTUKAN.

Akhir kata, keep spreading your (random) thoughts on twitter and make me laugh out loud or even be motivated by reading yours.

Last but not least, for that ‘immortal twitter user’ term, aku menuliskan istilah itu karena terpengaruh bacaanku sekarang yang bergenre fantasy-adventure bukan karena percaya kamu itu seangkatan sama Bung Karno apalagi Edward Cullen (hey, come on! I’m not that naïve). :p

Well, keep writing and janganlah terlalu sering GR karena orang GR pipinya merona. Rona Irama. Sekian.

Sending this letter by using a sunglasses,
Jack Sparrow’s wife.

Misteri (Pulau) Tulisan Tangan

$
0
0
Picture is taken from here

Dengan susah payah aku mengangkat kepalaku yang terasa berat, sepertinya aku telah pingsan selama berhari-hari setelah dihantam godam raksasa. Mataku pun masih enggan dibuka. Berat.

Dan saat aku telah berhasil mengembalikan kesadaran...

"DI MANA AKU?" Aku berteriak sekencangnya dengan rasa tak percaya, tapi anehnya mulutku tak mengeluarkan suara. Aku tampak seperti orang bodoh yang sedang berpantomim.

***

Ruangan itu berbentuk seperti Colosseum dengan ukuran jauh lebih kecil. Dindingnya dipenuhi ukiran tulisan tangan yang indah. Tempat duduk tersusun rapi seperti di stadiun. Semua telah penuh diduduki oleh orang-orang yang sama sekali asing bagiku.

Sementara itu aku terduduk di kursi kayu kecil yang berada di tengah-tengah ruangan. Di depanku ada meja besar yang memanjang dan di belakangnya duduk 3 lelaki tua dengan curly-wig berwarna putih.

"Setelah mendengar keterangan para saksi dan berdasarkan bukti-bukti yang ada, terdakwa Annabeth Mayz dinyatakan bersalah dan dihukum selama 777 hari di pulau Grafikós Charaktí̱ras," suara lelaki tua yang duduk di tengah seketika menusuk telingaku.

Ia baru saja menyebutkan namaku? KENAPA? Tanda tanya besar memenuhi otakku.

Palu diketuk sebanyak 3 kali. 2 lelaki berbadan tegap lantas mendekatiku dan menyeretku keluar dari ruangan tersebut. Aku memberontak dan berusaha lepas dari cengkeraman mereka, tapi mereka terlalu kuat bagiku.

Seorang lelaki lain datang mendekat dan tanpa ragu menutupi kepalaku dengan sepotong kain hitam. Diikatnya kain tersebut sampai aku merasa sesak napas. Semuanya berubah menjadi gelap bersamaan dengan napas yang semakin sulit kuraih. Badanku melemah dan aku hilang kesadaran.

***

Kesakitan yang amat sangat mendera sekujur tubuhku. Kubuka kedua mataku dengan susah payah.

"DI MANA AKU?" Tak ada suara keluar dari mulutku meski bibirku terus kugerakkan.

Apakah aku bisu? Bagaimana bisa? Rasa tak percaya mulai menghinggapi hatiku.

Kepalaku masih menengadah ke atas ketika sayup-sayup kulihat papan dengan tulisan yang sama sekali tak bisa kubaca:

γραφικός χαρακτήρας

Langkah kaki berderap mendekatiku. Dengan tatapan awas kuperhatikan sekelilingku. Seorang lelaki tua berjubah putih menghampiriku. Ia tampak seperti kakek-kakek berusia 80 tahun, setidaknya itu terlihat dari kulit wajahnya yang semakin mengerut. Ia berjanggut putih, rambut putihnya yang lurus memanjang sampai ke pinggang, alisnya yang tebal juga berwarna putih.

Apakah ia malaikat? Apakah itu artinya aku sudah mati?

Lelaki itu mengangkat tangannya dan dengan jari telunjuknya, tunggu... apakah jarinya terbuat dari granit? ia mulai menulis sesuatu di udara. Gerakan telunjuknya di udara menghasilkan cipratan cahaya berwarna biru yang membentuk tulisan yang bisa kubaca.

"Selamat datang di pulau Grafikós Charaktí̱ras. Sesuai surat yang kuterima dari pengadilan, Anda akan menjalani masa hukuman selama 777 hari di sini. Semoga Anda betah dan setelah bebas bisa berubah."

"Tapi, apa salahku? Kenapa aku dihukum? Dan siapa kamu?" Mulutku bergerak tapi tak ada suara yang keluar.

Lelaki tua itu hanya tersenyum dan meraih tanganku dengan tangan kirinya. Lalu dengan tangan kanannya, ia kembali menulis di udara.

"Berbicaralah lewat tulisan tangan."

Aku tak mengerti tapi mencoba menuruti sarannya. Aku terkaget ketika mendapati jari telunjukku telah berubah. Bukan daging dan tulang yang menempel, tapi granit! Persis seperti jari telunjuk lelaki tua itu. Aku sungguh tak percaya! Aku ingin menangis tapi tak ada airmata yang jatuh. Dengan keheranan, aku mengarahkan telunjuk kanan ke udara dan mulai menulis.

"Kenapa aku di sini? Apa salahku sampai bisa dihukum? Siapa kamu?"

Lelaki tua itu kembali menulis.

"Namaku Granitius, akulah penjaga pulau ini. Pengadilan memutuskan Anda bersalah karena terbukti tak lagi menulis dengan tangan. Anda terlalu mendewakan teknologi; laptop, ponsel, tab, dan gadget lainnya yang memberi kemudahan dalam menuliskan segala sesuatu. Buku catatan Anda bahkan didapati kosong karena Anda tak pernah menulis di atasnya lagi."

Hening yang sangat lama setelah itu. Aku mencoba mengingat segala sesuatunya. Tulisan tangan? Ya, benar selama ini aku memang sudah tak pernah lagi menulis tangan.

"Tapi, kenapa aku bisa dihukum karena hal sepele tersebut? Dan apa hak kalian menghukumku? Siapa kalian?" dengan tergesa aku menulis di udara.

"Sesungguhnya ini bukanlah hukuman, tapi Anda akan dibiasakan lagi untuk menulis dengan tangan. Di sini, mulut siapa pun tak akan berfungsi, hanya tangan yang berbicara. Akan Anda temui hening selama berada di pulau ini, tapi hening akan mengajari Anda untuk berbicara seperlunya; berbicara lewat tulisan tangan. Percayalah, banyak hal bisa Anda pelajari di sini."

Aku masih tak percaya. 'Percakapan' bodoh macam apa ini? Kenapa juga aku mau saja dihukum oleh para makhluk aneh ini?

"Kembalikan aku ke duniaku!" Aku mencoba berteriak tapi tetap saja tak ada suara keluar dari mulutku.

Lelaki tua itu hanya tersenyum sambil berlalu pergi meninggalkanku. Aku lantas terduduk dalam rasa tak percaya juga penyesalan.

Kenapa selama ini aku mengabaikan untuk menulis dengan tangan?

Kepalaku tertunduk lemas. Pikiranku semakin semrawut. Hening. Hanya hening yang mengitariku. Tak ada suara yang terdengar, tak ada airmata yang menetes.

Inikah kekosongan?

***

"Tuan Granitius, tolong kembalikan aku ke duniaku! Aku berjanji akan mulai menulis dengan tangan!"

"Anna, bangun! Apa yang kamu igaukan?" badanku serasa digoncang dengan keras oleh seseorang.

Kubuka mataku dan mendapati seseorang yang kukenal. William, kekasihku.

"William? Kenapa kamu juga berada di sini? Kita harus menemui Tuan Granitius dan memintanya mengeluarkan kita dari pulau ini! Aku sudah berjanji padanya akan mulai lagi menulis dengan tangan. Kamu juga, William!" Repetan perkataanku hanya ditimpali dengan ekspresi kebingungan di wajah kekasihku. Sementara keringat tak henti bercucuran membasahi tubuhku.

"Tunggu! Apakah aku baru saja bicara? Mulutku bisa mengeluarkan suara?" Aku bertanya dengan nada keheranan.

"Anna, kamu hanya bermimpi! Sadarlah, Anna! Tidak ada Tuan Granitius di sini. Hanya ada aku, kekasihmu," ia lantas memeluk tubuhku yang masih tak percaya dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Sedikit kelegaan menyeruak di hatiku. Apakah benar aku hanya bermimpi?

Saat mengangkat tanganku, kuperhatikan jari telunjukku dan.... jari tersebut masih terbalut granit.

"William! Kita harus keluar dari pulau ini!"

Tak ada suara keluar dari mulutku, hanya ada hening yang mencekam setelah itu.

-TAMAT-

Resensi Buku "Heart's Script"

$
0
0

Kata siapa kegamangan hati hanya menghasilkan kesedihan tak berujung? Hey, The Script telah membuktikan bahwa karya apik bisa lahir dari hal tersebut! Pun para penulis (muda berbakat) yang telah berhasil menorehkan tinta lewat cerita-cerita pendek dalam buku ini karena terinspirasi dari lagu-lagu The Script.
Membaca buku ini seperti disuguhi kopi hangat. Aromanya harum dan menggoda untuk dinikmati. Menyesap tiap kalimat di dalamnya seketika menghangatkan seantero tubuh; pahit dan manis bercampur jadi satu dan memberikan sensasi tersendiri. Ada kejut, haru, kagum, dan buai dalam permainan kata di dalamnya yang pada akhirnya berujung pada 1 kata: PUAS.
Bukankah kegamangan hati memang untuk dirayakan? Tentunya dengan karya positif seperti dalam buku ini.
I fall in love with every single word written here, just like I fall in love with coffee. 
Dan inilah sedikit pendapatku (ato kebawelan?) mengenai tiap cerpen dalam buku setebal 172 halaman ini yang ditulis Putri Widi Saraswati, dkk):

Cerpen 1
Ceritanya menohok dengan pesan moral yang begitu dalam; seharusnya obsesi tak membatasi kita untuk tetap mengasihi orang tua.

Cerpen 2
Ceritanya tidak terlalu dalam karena pembaca tidak merasa digiring untuk merasakan emosi karakter dalam cerita.

Cerpen 3
Bagus! Tentang lelaki yang masih mengharapkan mantan kekasihnya yang telah dijodohkan dengan lelaki lain yang ternyata berselingkuh, padahal sudah berencana menikah sebulan lagi. Cara penulisan yang mengalir, dengan alur dan diksi yang apik. Suka!

Cerpen 4
Twist yang bagus dengan ending yang mengejutkan namun (sebenarnya) nonsense.

Cerpen 5
Gaya bahasanya apik dan sedikit puitis. Ceritanya meski (sedikit) membosankan tapi tetap bisa dinikmati.

Cerpen 6
Apik dan EPIC! My fave one! Permainan kata yang sangat enak dibaca dan tentunya sedikit puitis. Maknanya begitu dalam tentang seorang pecinta yang belum bisa merelakan kepergian kekasihnya yang kini memilih berpisah karena terpisah jarak. SUKA!

Cerpen 7
Ceritanya sama sekali tidak kumengerti. :s wkwkwkwk

Cerpen 8
Overall ceritanya bagus (ngenes banget dah!). Unpredictable ending karena twist dan nama tokoh yang diatur serapi mungkin. SUKA!

Cerpen 9
Ceritanya bagus tapi kok gitu doang? Dan siapakah 'dia' itu? *curious*

Cerpen 10
Not bad but also not too interesting.Heu! Alurnya terlalu cepat dan serasa banyak bagian hampa di akhir-akhir cerita.

Cerpen 11
Nggak bertele-tele, tapi bagus. Ternyata si pengemis itu cupid (?) Muehehehehe! *ngakak*

Cerpen 12
Not bad lah ceritanya, tapi ending-nya terlalu flat. Kurang begitu dinikmati, tapi pesannya lumayan lah untuk tidak pernah menyesal dengan pilihan yang kita buat; termasuk soal pasangan hidup.

Cerpen 13
Ceritanya not bad lah, tapi rada membosankan. Pesan moralnya yaitu untuk tetap memiliki keyakinan dan terus berusaha meski sudah berkali-kali gagal, cukup tersampaikan dengan baik.

Cerpen 14
Bagus, that's all! Sangat menikmati permainan kata yang renyah dan mudah dicerna. Alurnya apik, twist-nya dapet, ending-nya menohok. SUKA!

Cerpen 15
Totally bored while reading this, padahal gaya bahasanya bagus dan tidak menjelimet. Dunno why, hmm...

Cerpen 16
Bagus! Aku suka! Turut terbawa dengan penyesalan yang dirasakan tokoh utama setelah putus dengan sang mantan pacar. Tapi, kurangnya mungkin tidak dijelaskan mereka putus karena apa. Bahasanya ringan dan mudah dicerna.

Cerpen 17
Kyaaaaa! SUKA! SUKA BANGET sama yang ini! Singkat, padat, alur yang pas, bahasa yang renyah dan begitu mengalir saat dibaca. Tidak menjelimet dan pesannya dapet banget. My very favorite as far! :D

Cerpen 18
SUKA! Ending-nya nendang. Ya, love will always find its way.

Cerpen 19
Hmm, baiklah! Ending-nya itu loh! MAKSUDNYA? Well! Nice written. SUKA! (Entah kenapa kalo cerita yang berhubungan dengan homo ato biseks, aku selalu tertarik. ._.)

Cerpen 20
Overall, ceritanya bagus. Unpredictable ending ternyata tentang seorang istri yang tidak menyadari kalo dia sudah mati (karena bunuh diri), setelah suaminya meninggal dalam kecelakaan pesawat lalu dia pun menjadi gila dan membunuh anaknya sendiri. Singkatnya: "setan gila"? *just kidding* SUKA!

Cerpen 21
Singkat, padat, bahasa yang ringan dan ending yang menohok. SUKA!

Cerpen 22
Ceritanya lumayan lah, nggak terlalu membosankan meskipun dengan ending yang "oh, gitu doang?"Konfliknya nggak terlalu dapet.

Cerpen 23
SUKA! Cerita cinta yang tak bisa memiliki karena menyebut "Tuhan" dengan sebutan berbeda aka beda agama memang selalu menjadi hal sensitif untuk dibahas. Namun penyampaian di sini begitu ringan, tanpa mengagung-agungkan suatu agama. Gaya bahasa yang ringan dan asyik dibaca sampai selesai.

Cerpen 24
SUKAAA! Diksinya keren, gaya bahasanya apik dan dituturkan dengan alur yang rapi. Konfliknya dapet dan sebagai pembaca juga aku turut digiring merasakan emosi sang tokoh utama. Well, meskipun akhir kisah cinta 2 insan berbeda ras (ato gen ato apalah namanya) sungguh menohok karena pandangan kolot ortu satu pihak. Pesan moralnya dapet! Kadang kita harus berserah sepenuhnya ke mana cinta akan berlabuh tanpa embel-embel apa pun, tapi pertanyaannya apakah 'memberontak' itu memang tak bisa dilakukan jika benar-benar yakin bahwa seseorang itu adalah belahan jiwa kita? *malah berkhotbah* overall, aku SUKA! As always! I'm in love with your smart yet touching writing! :*

Cerpen 25
Well! Ceritanya bagus sih, penuturannya asyik dan konflik yang alami. Namun ending-nya, gitu doang? Hehe. But, tetep bagus kok. SUKA!

Cerpen 26
Sebenarnya ini bukan cerpen deh kayaknya tapi lebih ke "kata-kata motivasi yang ajeb dan sangat bijaksana". SUKA! (Yang nulis pasti sodaraan sama Mario Teguh deh! Yakin banget aku!) Hehehehehe *abaikan*

*kamu juga bisa pesan buku ini di @nulisbuku dengan meng-klik link ini. Trust me, it's worth it to read. ^^

11 Blog Terfavorit

$
0
0


Sebagai seorang blogger newbie, sudah menjadi makanan wajib untuk berseluncur atau istilah kerennya blog walking ke blog-blog yang tentunya menarik.

Setahun lebih nge-blog mengenalkanku pada beberapa blogger kece yang blog-nya selalu berhasil membuatku tercengang dan tak henti terkagum karena tulisan mereka yang keren.

Tiap blogger pasti punya keunikannya tersendiri, itulah mengapa aku belajar banyak dari mereka melalui blog walking.

Jadi, tak perlu bertele-tele. Inilah 11 Blog Terfavorit versiku.
NB: Tentunya ini semua kembali ke SELERA. Bisa saja yang keren menurutku, malah biasa-biasa saja menurut Anda, pun sebaliknya.

1.       BERADADISINI  - @beradadisini
Writing in honesty adalah prinsip yang dianut blogger yang satu ini. Prinsip itulah yang kemudian menjadikan tulisannya begitu mengalir dan selalu bisa menyentuh (bahkan menginspirasiku) sebagai pembaca. Apalagi sebagian besar posts-nya ditulis dalam bahasa Inggris dan didukung oleh foto yang sesuai yang merupakan hasil jepretannya sendiri. Tentang cinta, passion, traveling, buku-buku rekomendasi, bahkan banyak hal menarik lainnya ada di blog-nya. Aku selalu betah berseluncur di blog Hanny, bahkan sampai berjam-jam.
2.       13- @windyariestanty
Gaya bertutur yang natural dengan tata bahasa yang baik tak hanya memberikan bacaan menarik bagiku, tapi sekaligus menjadi wadah untuk menyerap ilmu (teristimewa tentang kebahasaan). Uniknya, dalam setiap kejadian (sekecil apa pun) selalu menghasilkan cerita yang menarik untuk dibaca dan dikemas dengan apik tanpa pernah membuat bosan.
Tentang rasa, pemikiran (yang unik), dan banyak segi dalam kehidupan disajikan dengan gaya bertutur sederhana tapi jujur di blog-nya. Connie sepertinya adalah tipe blogger yang tak pernah kehabisan ide, itulah mengapa aku betah berseluncur ke blog-nya setiap hari.
4.       Eva's Mind- @ch_evaliana
Tulisan yang mengalir memang selalu berhasil membuat pembacanya ketagihan. Ingin protes rasanya ketika blog tante Eva tidak di-update lebih dari seminggu. Entah kenapa, cerita tentang hal sekecil apa pun menjadi begitu enak dibaca ketika tante Eva yang menuliskannya.
Menikmati cerita fiksi (terutama flash fiction) di blog-nya memang paling cocok sambil menyeruput beberapa cangkir kopi. Diksinya luas dengan gaya bertutur yang apik selalu membuatku sering 'lupa waktu' saat berseluncur ke blog-nya.
6.       Rini bee- @riniebee
Penyuka tantangan menulis ini jarang sekali absen mengisi blog-nya tiap hari. Entah otaknya terbuat dari apa, karena tiap tulisannya pasti keren!
Aku sudah suka tulisan Kak Mia sejak membaca novel Trave(love)ing. Tak heran jika blog-nyaselalu masuk daftar 'wajib dikunjungi' jika aku melakukan blog walking. Untuk para hopeless romantic women, blog-nya sangat direkomendasikan untuk dikunjungi.
8.       Dream Bender- @naztaaa
Kisah fiksi yang dirangkai dengan diksi yang keren pasti ada di blog-nya. Ending-nya juga selalu menghentak! Meskipun aku sering gatal karena ia tak jarang masih keliru membedakan 'di' sebagai imbuhan dan 'di' sebagai awalan. Hahaha.
Mengambil 'pesan' dari setiap pengalaman hidupnya dan membagikannya lewat tulisan di blog. Dari hal kecil sampai besar selalu ada pesan menarik yang berhasil dipetiknya dan kemudian dibagikannya. Sepertinya, 'kembaranku' ini adalah titisan Mario Teguh.
Untuk seseorang yang berusia semuda dirinya, bahasa Inggrisnya bisa dikatakan di atas rata-rata. Topik yang dibahas pun beragam bahkan di 'luar zona nyaman perempuan'. Blog-nya informatif, edukatif, dan menghibur. Aku suka!
Sebenarnya dia blogger baru (dan dia pun memutuskan nge-blog *uhuk* atas saranku), tapi aku sudah jatuh cinta pada tulisannya sejak berkenalan dengannya di twitter.Kuharap dengan memasukkannya di daftar ini, akan memotivasi dirinya untuk lebih rajin menulis di blog (ya, walaupun aku tahu dirinya orang yang sangat sibuk).


Selain 11 blog di atas, di bawah ini ada pula 11 Blog Terfavorit yang menempati podium ke 2. Kenapa demikian? Sebenarnya blog mereka keren tapi sayang jarang di-update. Hahaha.

Here they are:


1.       LostAngel- @Anggita59
2.       VAYN Library- @lia_neyh
4.       break Time- @StarLuverz
7.       SecretlyBetty- @I_am_Boa
9.       RADIO GOBLOG- @DYFawzi

Well, itulah 11+ Blog Terfavorit versiku. Semoga bisa memberikan rekomendasi yang pas untuk Anda para blogger yang suka melakukan blog walking.

Keep blogging and kiss me now! Muahahaha!
“The first thing you learn when you're blogging is that people are one click away from leaving you. So you've got to get to the point, you can't waste people's time, you've got to give them some value for their limited attention span.” -Alex Tabarrok
*Daftar ini akan di-update setiap 3-6 bulan sekali (tergantung kebutuhan). Yang belum masuk dalam daftar ini bukan berarti blog Anda tidak keren, tapi kembali lagi bahwa ini adalah persoalan SELERA. Cao! ^^

"Kasmaran"

$
0
0


Sekali-kali kulihat ia melirik ponselnya lalu tersenyum kecil. Ia seperti terlontar dalam dunianya sendiri. Kubiarkan ia menikmati kesenangannya dan tanpa disadarinya, aku memotretnya diam-diam.

Makanan dan minuman di depannya juga sudah tandas. Tak seperti biasanya!

Sore ini nafsu makannya meningkat, pipinya merona ketika memandangi layar ponsel, dan saat aku bertanya,

"BBM dari siapa, Ce?"

Setengah malu-malu ia malah menjawab,

"Aku traktir kamu, ya?"

Bisa kusimpulkan, perempuan di depanku ini sedang kasmaran.

Akhirnya, setelah lebih dari 3 tahun tak bisa move on dari mantan pacarnya, hari ini bisa kulihat binar cinta dari sorot matanya.

Aku mengembuskan napas tanda lega.

*Diikutsertakan dalam #PeopleAroundUs @aMrazing

Perayaan Patah Hati

$
0
0
Picture is taken from here

Secangkir kopi hangat, pantai, iPod dan earphone yang menempel di telinga sesungguhnya lebih dari cukup untuk perayaan kali ini. Sebuah perayaan yang jarang terjadi dalam hidup: perayaan patah hati.

Suhu kopi yang membasahi kerongkongan mungkin sama dengan tetes air mata yang jatuh ke pipi. Pasir putih yang lembut yang menjadi tempat kaki berpijak seolah memberikan kenyamanan pada hati yang teriris-iris. Tak ada cahaya matahari yang menyengat, karena matahari telah pamit. Yang ada hanyalah embusan angin yang mengundang gigil namun tertutupi oleh hangatnya kopi.

Lagu-lagu yang biasa kudengarkan dulu saat bersamanya terputar nyaring di telingaku. 1 tegukan lagi dan setelah itu mulut bebas berteriak mengumandangkan lagu yang terdengar di gendang telinga meski dengan suara sumbang. Bebas. Karena inilah sebuah perayaan patah hati.

Cangkir kini hanya menyisakan ampas hitam. Senada dengan warna langit tanpa bintang. Pekat. Laksana suasana hati.

Air mata mungkin telah kering. Hangat dan dingin telah bercampur jadi satu, mari bernyanyi!


Aku ingin menyanyikan lagu-lagu kesayanganku dengannya sampai aku bosan. Sampai aku mati rasa! Sampai segala kenangan yang dihadirkan lagu-lagu tersebut hilang terempas ombak pasang.

Ini adalah sebuah perayaan. Kopi, musik, pantai, air mata, dan teriakan adalah paduan yang pas. Karena sesungguhnya, patah hati memang untuk dirayakan dalam hening di pinggir pantai, kemudian riuh yang dicipta sendiri. Patah hati bukan untuk dipendam karena ia adalah bagian hidup yang pantas dirayakan dalam kesendirian.

"Aku ingin merayakan patah hati ini dan semoga ini adalah perayaan patah hatiku yang terakhir kali," teriakku pada batu karang yang angkuh.

Aku mungkin juga angkuh tapi aku ingin menjadi setegar batu karang yang tak goyah meski dihantam ombak kencang.

Hati adalah harta yang berharga. Merayakan patah hati berarti mengobati hati dan jangan sampai ia patah lagi. Jangan sampai!

Cangkir bersisa ampas, musik yang telah lama habis, suara serak, juga malam yang semakin dingin. Saatnya kembali ke rumah dengan senyum dan hati yang baru; hati yang telah terobati dan lebih tegar dari sebelumnya.

Perayaan patah hati memang membawa nikmat!

Tempat Curhat = Tong Sampah (?)

$
0
0
Picture is taken from here

"Jadi tempat curhat itu enaknya bisa dijadiin bahan tulisan. Baik fiksi maupun non-fiksi."

"Enggak enaknya jadi tempat curhat itu yah macam tong sampah. Numpuk semua manakala tukang sampah tak kunjung datang."

Itulah tweet yang muncul di TL-ku beberapa hari lalu yang ditulis oleh tak lain dan tak bukan, tante terkece seantero TL: tante Eva.

Tweet yang tak hanya ada benarnya tapi memang sepenuhnya benar.

Jadi tempat curhat itu, sisi positifnya yah curhatan teman bisa jadi bahan tulisan (terutama buat yang suka menulis). Tapi sekali lagi, nggak enaknya, kita jadi semacam 'tong sampah' yang menampung 'sampah-sampah' yang dibuang si tukang curhat. Ironis memang, tapi begitulah kenyataannya.

Sebut saja Tsurti (nama disamarkan), seorang teman dekatku yang hobbinya tsurhat (bahasa gaul dari curhat). Segala problematika juga romantisme percintaannya bersama pacarnya diceritakan padaku.

Awalnya sih aku sangat welcome dan berusaha menjadi pendengar (sekaligus pemberi nasihat) yang baik karena merasa dipercaya. Tapi lama-kelamaan, aku mulai bosan dengan kelakuannya.


Bayangkan, ketika pacarnya ketahuan selingkuh di depan matanya (bahkan sampai lebih dari sekali), ia sampai nangis-nangis menceritakannya padaku. Aku, sebagai teman yang baik, dengan tegas menasihatinya agar memutuskan hubungannya dengan pacarnya tersebut. Saran tersebut bukan saran ngasal tapi berdasarkan pertimbangan yang matang akan betapa mudahnya ia diperdaya pacarnya selama ini.

Saat itu, ia hanya mengangguk dan bertekad untuk mengakhiri hubungan bersama pacarnya. Dan beberapa hari kemudian, saat ia datang menemuiku, ia malah dengan ceria mengatakan mereka sudah baikan. Alih-alih mengaplikasikan nasihatku, (lagi-lagi) ia malah terjebak bujuk rayu pacarnya.

Aku sebenarnya tak mau ambil pusing lagi sama hubungan mereka, tapi tiap kali ada apa-apa, si Tsurti selalu datang padaku. Pernah bahkan dari malam sampai subuh ia curhat sampai telingaku pengap rasanya.

Pernah suatu kali aku mencoba tegas padanya dengan berucap, "Tsurti, kalo kamu memang masih mau bertahan sama pacarmu, mbok yah, terima aja semua kelakuannya. Tapi ingat 1 hal yah, jadi cewek itu jangan lemah, jadi cewek harus tegas. Udah tahu kelakuan pacarnya yang suka main belakang, malah masih mau pertahanin dia padahal sendirinya sering ngeluh sakit hati. Terus, maaf yah, sejujurnya aku udah bosen menyendengkan telinga untuk tiap curhatanmu yang selalu berakhir pada kamu maafin dia. Aku kasihan aja sih sama kamu."

Waktu itu ia hanya minta maaf dan berjanji akan tegas. Tapi sekali lagi, janji tinggallah janji karena ia tetap saja lemah dan mudah diperdaya pacarnya.

Sementara aku? Telinga ini bagaikan 'tong sampah' yang menampung kesedihan, kekesalan, kemarahan, juga ketidaktegasannya.

What should I do then? Apakah aku juga tidak tegas hingga ia merasa leluasa curhat padaku kapan pun ia mau? Dan apakah post ini juga semacam curhat? *flattening face*

A Confession of a 'Cruel' Daughter

$
0
0

Picture is taken from here
"That moment when you can't stop thinking of someone all day long then suddenly he appears in your dream."
And yes, I saw him there, smiled gently at me. When I woke up, I couldn't stop smiling. What a little happiness in the Sunday morning. Thanks for 'coming', Daddy!

Aku mengetik post ini dengan senyum yang tersungging sambil menahan rasa kangen yang sepertinya sedang mendesak ke luar dan ingin segera dilampiaskan. Pada siapa lagi? Tentu saja hanya pada sosok yang selalu bangga kupanggil "Papa"; cinta pertamaku yang telah lebih dari setahun meninggalkanku (selamanya).

Rasa kangen itu kemudian berubah wujud menjadi potongan film berisi kenangan bersamanya yang mulai terputar dengan sendirinya.

I was a 'cruel' daughter!

Tiap Minggu pagi, aku tahu Papa akan anteng di depan TV untuk menyaksikan pertandingan tinju. Sisi usilku terusik. Sebelum Papa duduk manis di ruang keluarga, aku telah terlebih dahulu mengatur timing TV supaya mati sendiri setelah durasi waktu yang ditentukan. Setelah itu, TV ku-lock supaya tombol di TV kehilangan fungsi, dan remote TV kusimpan di kamarku.

Lalu dengan wajah polos aku pura-pura bertanya, "Pa, mo nonton tinju, yah? Pasti seru! Hehe." Papa dengan senyumnya yang ramah pasti akan mengajakku ikut nonton bersamanya namun selalu kutolak. Aku memilih masuk ke kamarku dan mendengarkan musik yang awalnya kusetel pelan dengan tawa yang tertahan.

Aku memperhatikan jam dinding. Sebentar lagi! gumamku dalam hati, tak sabar menunggu saat TV mati.

Dan waktu yang kunanti pun tiba. Terdengar suara Papa dari ruang keluarga, "Listrik mati ato gimana ini? Kenapa LED TV masih nyala?" Dan yang kulakukan saat itu adalah mengeraskan volume musik yang kudengar hingga kamarku berubah menjadi 'diskotik dadakan', sambil tertawa terpingkal-pingkal karena telah berhasil mengusili Papa.

Keusilan tersebut kulakukan berkali-kali tapi Papa tak pernah menyadari kalau akulah pelakunya. Hahahahaha.

Namun sepandai-pandainya tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Begitulah kedokku!

Suatu hari setelah mengusili Papa, aku ketahuan saat hendak mengembalikan remote TV ke ruang keluarga.

"Kenapa remote-nya ada sama kamu, Ndy?" tanya Papa penasaran, "kamu yang nyetel timing supaya TV mati, yah?"

Aku tak bisa mengelak. Hanya menggangguk kemudian tak bisa menahan tawa. Seperti bisa kutebak, yang dilakukan Papa bukanlah marah, beliau malah ikut tertawa dan menyuruhku menyeduhkan secangkir kopi untuknya.

Dan sebagai 'hukumannya', aku harus menemani Papa menonton pertandingan tinju di TV. Hal yang awalnya kubenci namun akhirnya malah membuatku menggilainya. Karena saat tersebut aku bisa merasakan keseruan nonton bareng Papa.

Sampai saat ini, ketika di TV sedang ditayangkan pertandingan tinju, aku pasti akan langsung teringat Papa dan kenangan (berisi keusilan) itu kembali terputar lagi di otakku; membuatku tertawa dalam hati. Ah, aku kangen Papa!

Siapa Tahu?

$
0
0
Perkara melupa tak semudah mencinta. Mungkin saja. Atau sebaliknya? Bisa saja.

Ketika sorot mata itu seperti 'menelanjangiku', aku hanya bisa menundukkan kepala. Tak berani menatapnya.

Deg! Degub jantungku mungkin terdengar olehnya bersamaan dengan hangat yang menjalari pipi.

Tapi, itu dulu. Aku bahkan lupa kapan terakhir kalinya 'rasa itu' menghinggapi dada. Rasa yang pernah berkali-kali datang tanpa kuundang; ia hadir begitu saja tanpa permisi.

Cintakah namanya? Bisa ya, bisa juga tidak.

Mungkin, aku yang keliru menganalisa rasa. Rasa itu mungkin cinta, tapi bisa juga ia hanya sekadar suka, kagum, tersipu, atau bahkan... kasihan.

Lalu, bagaimana dengan perkara melupa?

Melupa itu hal yang sulit dilakukan. Setidaknya untukku. Sekarang.

Mungkin waktu yang akan membuatnya mudah, atau tatapan lain yang menyebabkan jantungku loncat dari tempatnya hingga otak ini membeku untuk terusik lagi pada sesuatu yang bernama masa lalu.
Siapa tahu?

(Failed) Double Date

$
0
0
Picture is taken from here
Daun kering yang berguguran dari dahan pohon besar saat diterpa angin sore itu mungkin sama dengan perasaan cintanya; gugur, jatuh ke atas tanah dan menunggu untuk membusuk.

Dengan refleks Laura menyandarkan kepalanya ke atas bahu lelaki di sebelahnya.

Gedung perpustakaan kampus lantai 3 sunyi sepi bagai kota mati. Pegawainya sudah pulang sejak sejam yang lalu. Saat yang selalu dimaanfaatkan Laura dan lelaki itu tak hanya untuk duduk sambil menatap pohon besar - entah apa namanya - yang berjejer rapi di tepi jalan. Tapi lebih dari itu, di situlah tempat yang dipilih lelaki itu untuk Laura mencurahkan kesedihannya.

Lelaki itu sahabat baik Laura. Namanya Kenneth. Sorot matanya tajam, bentuk wajahnya sempurna dengan dagu yang kokoh, rambutnya yang bergelombang dibiarkan memanjang sampai ke bahu, perawakannya tinggi, dan kulitnya agak kecokelatan karena terpapar cahaya matahari akibat kebiasaannya bermain basket.

Dalam 3 tahun selama mereka resmi menyandang status sebagai mahasiswa, ini sudah kelima kalinya Kenneth menemani Laura di situ. Membebaskan Laura bercerita tentang kegamangan hatinya, lalu membiarkannya menangis di bahu Kenneth.

Adit, Otto, Defan, Farokh, dan yang terakhir ini Andre. Setelah ini siapa lagi? Kenneth hanya bisa membatin.

Ia tetap cantik meski saat bersedih! Kembali Kenneth menggumam dalam hati saat menatap Laura yang sibuk mengelap matanya dengan tissue di tangannya.

Gadis itu begitu bersinar di usianya yang baru 21 tahun. Matanya kecil dan tertarik di sudutnya, bibir dan hidungnya juga kecil tapi enak dilihat, ditambah lesung pipi di pipi kanannya membuat Kenneth tak bosan menatap gadis itu berlama-lama. Rambut hitam gadis itu memanjang lurus sampai ke pinggang, saat badannya yang semampai berjalan, rambutnya yang terurai ikut bergoyang ke kanan-kiri; membuat siapa pun lelaki yang melihatnya tak kuasa menelan ludah.

"Udah lega sekarang, Tzu?" tanya Kenneth sambil memperlihatkan gigi kelincinya.

'Tzu' adalah panggilan kesayangan Kenneth untuk Laura. Jika kebanyakan temannya memanggil Laura dengan sebutan 'Lau' atau 'Ra', maka hanya Kenneth satu-satunya orang yang memanggilnya 'Tzu'.

"Laura. Lau. Lau Tzu. Ok! Kalo gitu aku manggil kamu 'Tzu' aja, yah? Hehehehe," itulah kalimat yang meluncur dari bibir Kenneth saat pertama berkenalan dengan Laura.

"Hmm, lumayan. Anterin aku pulang yah, Ken," pinta Laura sambil menggandeng tangan Kenneth.

Mata Laura menatap ke depan sambil berjalan bersisian dengan Kenneth saat menuruni tangga. Mungkin tak diperhatikannya wajah Kenneth yang memerah saat itu.

***

"Lauraaaa! Hi, Dear. Long time no see!" perempuan itu segera menghambur ke pelukan Laura.

Pertemuan tak disengaja di toko buku mencetuskan 1 ide gila. Ya, setidaknya itu sebuah ide gila menurut Laura. Double date.

Bagaimana bisa aku meladeni ajakan double date ini sementara aku baru saja putus dengan Rendy? Sesal Laura dalam hati sembari menyebutkan nama mantan pacar terakhirnya. Lelaki yang sudah dipacarinya selama 2 tahun ini namun terpaksa diputuskannya karena menurut Laura, Rendy terlalu workaholic hingga tak punya waktu buatnya. Padahal mereka sempat berencana untuk tunangan.

Ah, kenapa aku malah mikirin lelaki nggak penting itu! Senyum kecut terpancar di wajahnya.

"Ok, jadi hari Sabtu depan jam 7 malam di Excelso. Teng, yah. We're gonna have fun there. Anyway, aku pamit dulu yah, Ra. Harus balik lagi ke kantor nih, jam break udah selesai. Bye, Darling!" Setelah bercipika-cipiki, perempuan itu pun berlalu dari hadapan Laura yang masih bingung memikirkan ide gila barusan.

Kenapa juga Angel bisa jadian sama Koko? Mereka kenalnya dari mana? Laura kembali menggerutu dalam hati. Sebenarnya ia merasa tak berhak menyalahkan 2 teman lamanya yang baru saja jadian itu. Angel, temannya semasa SD dan Koko temannya semasa SMP. Entah mereka bertemu di mana dan kemudian memutuskan pacaran. Tapi menerima ajakan double date tersebut adalah suatu keputusan terbodoh yang telanjur diambil Laura.

Kenneth! Aku harus menghubungi Kenneth!

Kenneth. Nama yang pertama melintas di benak Laura saat itu. Lelaki itu selalu bersedia menemaninya ke mana pun. Setidaknya itu dulu.

Tapi, gimana kabarnya sekarang, yah? Gimana juga caranya ngajak Kenneth?

Pikiran Laura masih berkecamuk. Selama 2 tahun ia berpacaran dengan Rendy, hubungannya dengan Kenneth seakan putus. Setahu Laura, Kenneth melanjutkan studi S2 di negeri Paman Sam. Tapi, mendengar kabar dari beberapa teman, Kenneth sudah kembali ke Indonesia dan kini bekerja di perusahaan Papanya.

Ah, aku harus menghubungi Kenneth!

***

"Ken, kamu harus temenin aku ke pestanya Igine ntar malem. Aku nggak mau sendirian aja dan kayak orang bego sementara Andre menggandeng pacar barunya!"

"Ken, Farokh juga kabarnya akan mewakili kampusnya di lomba debat nanti. Pokoknya kamu harus masuk tim debat bareng aku. Kita harus ngalahin Farokh!"

"Ken, kafe tempat aku biasa ngopi ternyata punya Adit. Besok sore kita ke sana, yah? Aku pengin liat Adit kesal karena dikira aku pacaran denganmu!"


Entah ada berapa banyak lagi kalimat permintaan bernada 'paksaan' yang pernah seenaknya diucapkan Laura. Semuanya hanya dibalas Kenneth dengan 2 kata.

"Ok, Tzu!"

Why was you be that kind, Ken?

Sambil mengetukkan jari tengah dan telunjuknya ke ponselnya, Laura kembali memikirkan Kenneth. Ia masih belum punya keberanian menghubungi lelaki itu.

***
15 menit berlalu, ponsel masih di tangan Laura.

Now or never!

Tanpa pikir panjang lagi Laura segera mengetikkan nama 'Kenneth' di ponselnya. Tombol 'panggil' pun ditekannya. Selang beberapa detik, terdengar bunyi bip bip yang berjeda.

Oh, gosh! Nomornya masih aktif! Laura merasakan jantungnya berdetak lebih cepat.

"Hello, ini siapa, yah?" Suara berat di ujung telepon seketika menelusup pendengaran Laura.

"Hello, aaaa....pa benar iiii....ni Kenneth?" Suara Laura bergetar karena gugup.

"Ya, benar. Siapa ini?"

"Ini Laura. Teman dekatmu semasa kuliah. Masih ingat?" Kecanggungan dalam dada Laura perlahan sirna.

"TZUUUU? Is that you? Kenapa kamu baru nelpon aku, Tzu?" Suara Kenneth setengah berteriak terdengar di ujung telepon.

Hubungan telepon yang lancar dan berakhir dengan rencana mereka untuk bertemu setelah 3 tahun tak bertatap muka sekalipun. Laura senang karena Kenneth ternyata masih sama dengan Kenneth yang ia kenal dulu.

Setelah pertemuan nanti, Kenneth pasti akan mengikuti mauku untuk menemaniku double date.

Senyum tersungging dari bibir kecil Laura yang tak berapa lama kemudian tertidur pulas di bawah selimut ungunya.

***

Dengan kaki yang sedikit gemetar Laura menaiki tangga gedung itu. Gedung perpustakaan yang menyimpan kenangan; kenangannya bersama Kenneth.

Kenapa sih Kenneth maunya ketemuan di sini aja? Laura hanya bisa merutuk dalam hati.

1 anak tangga terakhir dan sampailah Laura di lantai 3.

Siluet lelaki di depannya begitu indah! Hidung mancungnya menjulang menyatakan kegagahannya. Tak berapa lama lelaki itu mengalihkan pandangannya ke arah Laura.

"Tzu!"

Mata mereka berserobok. Laura tercengang dan kecanggungan seketika menghimpit dadanya. Ia tak berkutik dari tempatnya berdiri.

Tak ada lagi rambut bergelombang sebahu di kepala lelaki itu. Rambutnya telah dicukur sampai hanya menyisakan setengah sentimeter. Tampilannya rapi dengan kemeja berwarna gading bertangan panjang serta celana kain hitam yang pas. Tanpa disadari, Laura menelan ludah.

"Tzu, kok diam di situ aja?" Kenneth perlahan menghampiri Laura dan meraih tangannya.

***

Pohon besar di depan mata Laura bersemi. Daun-daunnya yang hijau seakan mewakili perasaan Laura saat itu. Ada desir aneh menghinggapi dadanya ketika bercerita dengan Kenneth.

3 tahun berlalu dan Kenneth masih sama dengan Kenneth yang ia kenal dulu. Perubahannya? Kenneth tampak lebih charming sekarang! Laura mencoba menyembunyikan rasa deg-degan itu dengan terus memamerkan barisan giginya yang rapi.

"Ken, sebenernya aku ngajak kamu ketemuan karena pengin kamu ikutandouble date bareng aku," ucap Laura di sela-sela perbincangannya dengan Kenneth.

Angin sore bertiup semakin kencang; mengundang gigil yang kentara di bibir Laura.

"Ok, Tzu!"

2 kata itu seakan memberi angin segar pada dada Laura yang sempat sesak. Why are you still be this kind, Ken? Laura membatin senang.

"Tapi, kamu jemput aku yah, Ken. Alamatku sekarang di apartemen MTC no. 77. Jemput aku jam 6 malam," pinta Laura dengan mata berbinar.

"Ok, Tzu!"

Kembali lagi 2 kata itu keluar dari mulut Kenneth. 2 kata yang selalu bisa membuat Laura tenang dan seakan terbang ke awang-awang.

"Sebaiknya kita segera beranjak dari tempat ini sebelum mati karena hypothermia. It's so cold here, Tzu. Ok?" Kenneth segera menggamit tangan kiri Laura dengan lembut.

Mereka kemudian menuruni tangga sambil berjalan bersisian. Kenneth tak memperhatikan wajah Laura yang merona saat itu.

***

Hari yang ditunggu pun tiba.

Bintang di langit berkelip indah, seindah sepasang mata yang tengah mematut dirinya di depan cermin. Dress chiffon berwarna hitam menempel di tubuhnya. Begitu pas. Begitu cantik. Laura benar-benar telah mempersiapkan dirinya untuk double date ini.

Setelah memoleskan mascara ke bulu matanya, terdengar bunyi ponsel yang diletakkan Laura di atas kasur. Ia meraih ponsel itu.

"Tzu, aku udah di depan MTC. Kamu turun kemari aja, yah. Aku di mobil Daihatsu Sirion putih," pinta Kenneth dari ujung telepon.

"Ok, Ken! 5 menit lagi aku turun!"

Laura melangkahkan kakinya dengan ringan menyusuri lorong apartemennya. Perasaannya begitu berbunga.

Mungkin setelah malam ini aku bisa memikirkan kelanjutan hubunganku dengan Kenneth. Damn! How could I hold myself not to attract to a very charming guy like him?

Pintu lift terbuka dan seorang perempuan yang sudah di dalam lift menatap Laura yang tersenyum sendiri dengan tatapan penuh selidik. Laura mengacuhkannya. Ia kemudian tenggelam dalam keceriaan pikirannya.

Sebuah Daihatsu Sirion berwarna putih terparkir di depan MTC. Jalanan lumayan padat karena malam Minggu. Laura memperhatikan kanan-kiri jalan lalu dengan hati-hati menyeberang menghampiri mobil tersebut.

Laura tak bisa melihat Kenneth karena kaca mobil yang gelap. Ia tetap berdiri di trotoar sebelum pintu depan mobil terbuka.

Kenneth turun dari mobil sambil melemparkan senyum ke arah Laura.

"Maaf yah nggak bisa jemput kamu langsung di atas, Tzu," ucap Kenneth basa-basi.

Dengan refleks Laura mendaratkan ciuman di pipi kanan Kenneth dan mendekap tubuhnya sesaat. Ada kecanggungan yang coba disembunyikan Kenneth dari wajahnya saat itu.

Kenneth segera berinisiatif membuka pintu samping mobilnya.

"Emang kamu supir aku, yah, sampe aku harus duduk di belakang?" tanya Laura penasaran. Kenneth hanya tersenyum simpul sambil mempersilakan Laura masuk ke mobilnya.

"Ken, aku duduk di dep..." Laura tak mampu meneruskan kalimatnya.

Seorang perempuan berambut sebahu sudah duduk di kursi depan yang seharusnya aku yang duduk di situ! protes Laura dalam hati.

Laura hanya bergeming. Bibirnya terkatup sementera tanda tanya besar memenuhi benaknya. Dilihatnya Kenneth memasuki mobil dan duduk di belakang setir dengan santainya.

"Tzu, kenalin ini Gracesilia, pacar aku. Hon, jadi ini Laura, sahabat aku yang sering aku ceritain ke kamu."

Perempuan itu segera berpaling ke arah Laura sambil mengulurkan tangan kanannya. Laura hanya bisa membalas uluran tangan itu dengan menjabatnya sambil tersenyum kaku.

"Hai. Aku Lia, pacarnya Kenneth. Senang bisa bertemu denganmu," senyum perempuan itu senada dengan sorot matanya yang indah.

"Lau... Laura," ucap Laura gugup.

"Jadi, double date malam ini di mana, Tzu? Pacarmu udah nunggu di sana ato dia nanti nyusul kita sampe nggak bisa jemput kamu? Hehe," tanya Kenneth sambil menstarter mobilnya.

Pacar? Pacar yang mana? Oh, gosh! Kenapa aku malah menerima kejutan yang nggak menyenangkan seperti ini. Bagaimana kata Angel dan Koko nanti?

Laura mulai menyalahkan dirinya sendiri karena tak sempat bertanya status Kenneth sebelum mengajaknya double date.

Ternyata Kenneth salah sangka. Dikiranya aku mengajak ia dan pacarnya untuk double date bareng aku dan pacarku. Hua! Teriak Laura dalam hati.

"Tzu! Kok melamun, sih? Jadi kita bakalan dinner di mana?" Gigi kelinci itu kembali dipamerkan Kenneth.

"Ken, kayaknya aku tiba-tiba nggak enak badan deh. Aku turun aja, yah. Ken, Lia, maafin aku. Kayaknya double date malam ini batal aja. Aku benar-benar ngerasa nggak enak badan."

Pintu mobil dibuka Laura dengan tergesa. Laura merasa harus lari sejauh-jauhnya sebelum Kenneth tahu apa yang sebenarnya dipikirkan Laura saat itu.

Suara berat dari dalam mobil yang tadi dinaikinya masih memanggil nama Laura saat ia baru saja berhasil menyeberangi jalan bersamaan dengan ponselnya yang tak henti berdering.

Tanpa menghiraukan panggilan Kenneth, Laura meraih ponsel dari dalam tas tangannya.

Angel is calling...

Tombol off baru saja ditekan Laura yang kemudian tergesa-gesa memasuki gedung apartemen tempat tinggalnya.

It's the worst night ever in my life! Sesal Laura dalam hati. Ekspektasinya pada sosok Kenneth mungkin terlalu tinggi.

Saat hendak memasuki lift, mata Laura berkaca tanpa bisa ditahannya. Lalu ia tak sengaja menabrak seorang perempuan. Perempuan itu sepertinya adalah perempuan yang tadi ditemuinya juga di lift.

Perempuan itu kembali menatap Laura dengan pandangan menusuk. Laura tak memedulikannya.

Tak sampai 1 menit, pintu lift terbuka dan Laura melangkah keluar. Sayup-sayup terdengar suara dari dalam lift. "Perempuan yang aneh! Tadi senyum-senyum kayak orang gila, ini malah nangis nggak jelas. Aneh!"

Dengan spontan Laura membalikkan badannya dan bermaksud memarahi perempuan itu karena sudah berkata lancang, tapi pintu lift sudah tertutup. Mungkin sama dengan kesempatannya memasuki hidup Kenneth yang sama sekali sudah tertutup.

Sebulir air mata jatuh ke pipi Laura tanpa bisa dihentikannya.

Antologi Rindu Tanpa Kata 'Rindu'

$
0
0
Siapa sih manusia di dunia ini yang tidak pernah merasakan rindu? Saya yakin tiap manusia pernah merasakannya; bergumul karenanya. Bahkan bayi yang baru lahir pun sudah menyatakan rindu lewat tangisannya karena dahaga akan air susu Ibu yang merupakan salah satu tanda cinta kasih dari sang Ibu.

Rindu. 1 kata dengan jangkauan yang luas. Bisa rindu pada pacar (yang LDR atau dekat sekalipun), rindu pada orangtua (yang masih hidup atau sudah tiada), rindu pada teman lama atau mantan pacar atau siapa pun, rindu pada momen tertentu dalam hidup, dan masih banyak lagi.

Dan, pernahkah rindu itu seakan membuncah di dada karena begitu lama dipendam? Pernahkah rindu itu seakan menggerogoti pertahanan dan mendesak kita untuk segera menuntaskannya?

Berawal dari pemikiran di atas dan sebuah tweet dari Kak Ika Fitriana yang bunyinya,
"coba, deh, nyatakan rindumu tanpa kata 'rindu'.."
Maka, saya mengajak teman-teman yang gemar menulis untuk ikutan proyek menulis saya yang pertama, bertajuk:

Antologi Rindu Tanpa Kata 'Rindu'

It sounds challenging, doesn't it?

Nah, bagaimana aturan mainnya? (Ya, anggaplah kita sedang 'bermain-main' dalam proyek menulis ini. 'Bermain-main' lewat untaian kata dan rasa.) :D

Check these out:
  1. Tulisan berbentuk cerpen, flash fiction, ataupun puisi dengan tema RINDU. (Cerpen 1.000 - 2.000 kata, flash fiction maksimal 750 kata, puisi maksimal 1 halaman). Tulisan diketik pada halaman A4, huruf Arial, font 12, spasi 1.5, margin by default.
  2. Isi tulisan TIDAK BOLEH ADA UNSUR KATA 'RINDU' (ataupun kata-kata yang bersinonim dengan kata rindu, seperti: kangen, dsb). Inilah tantangannya, kita bisa bereksplorasi dengan tema tanpa menggunakan kata kunci yang dijadikan tema. Free your imagination and give your best shot!
  3. Tulisan adalah hasil karya orisinil dan belum pernah dipublikasikan dalam media apa pun (termasuk blog).
  4. Genre tulisan BEBAS (khusus cerpen dan flash fiction).
  5. Pemasukan naskah dimulai dari tanggal 1-15 Oktober 2013. (Mungkin diperpanjang jika setelah deadline, naskah yang masuk belum memenuhi kuota) :D
  6. Naskah dikirim dalam bentuk MS. Word sebagai attachment (bukan dalam body e-mail) ke e-mail: sinshaen@gmail.com dengan subjek: nama penulis - akun twitter - judul tulisan - Antologi Rindu. Isi naskah: JUDUL - NAMA PENULIS - AKUN TWITTER (kalau ada) - KATEGORI (Pilih salah satu: Cerpen/FF/Puisi) - Isi Cerpen/FF/Puisi. (Setelah mengirim naskah, bisa juga konfirmasikan ke twitter saya: @sinshaen atau ke @StarLuverz)
  7. 20 cerpen dan flash fiction, juga 10 puisi terpilih akan DIBUKUKAN (jumlah ini tentative).
  8. DEADLINE TANGGAL 15 OKTOBER 2013 pukul 23:59 WIB.

*HADIAH

Untuk cerpen/flash fiction terbaik:
  • Pemenang 1: Uang tunai Rp. 250.000,-
  • Pemenang 2: Uang tunai Rp. 150.000,-
  • Pemenang 3: Uang tunai Rp. 100.000,-
Untuk puisi terbaik akan mendapatkan 1 paket buku berisi:
Khususcerpen/flashfiction dan puisi terfavorit pilihan Riesna Kurnia berhak mendapatkan masing-masing 1 buah omnibook "Delapan Sisi".

Hadiah tambahan: bagi pengirim naskah PERTAMA dalam writing project ini berhak mendapatkan novel terbaru karangan Evi Sri Rezeki yang berjudul "Cine Us" (bagi pemenang hadiah ini WAJIB menulis REVIEW "CineUs" di blog-nya). 

Hadiah tambahan (lagi):
Untuk pengirim naskah TERBANYAK di tiap kategori akan mendapatkan:
  1.  Kumcer "Setahun Berkisah" - Roy Saputra, dkk,& "DestinASEAN" - Roy Saputra, Venus, Dendi Riandi, dkk. (untuk pengirim naskah CERPEN terbanyak)
  2. Novel "Lontang-Lantung" - Roy Saputra (untuk pengirim naskah FF terbanyak)
  3. Novel "Trave(love)ing 2" - Roy Saputra, Tirta, dkk. (untuk pengirim naskah puisi terbanyak)
Khusus kategori hadiah tambahan (lagi) ini, pemenang poin nomor 2 & 3 WAJIB menulis review novel di blog-nya. Hadiah dipersembahkan olehRoy Saputra. ^^
    NB: hadiahnya mungkin tak seberapa, tapi kiranya bukanlah hadiah yang memotivasi kita untuk menulis. Kita menulis karena kita mendapatkan kepuasan saat dan setelah melakukannya, kalaupun dapat hadiah anggaplah itu bonus. :D

    *Tiap peserta boleh mengirim LEBIH DARI 1 naskah.

    *Keputusan juri tak dapat diganggu gugat. Juri dalam proyek menulis ini adalah:
    1. Tia Setiawati; penulis buku "Karena Puisi Itu Indah"
    2. Putri Widi Saraswati; medical doctor, writing enthusiast, blogger.
    3. Ika Fitriana; blogger, pengajar Bahasa Indonesia.
    *Info selengkapnya bisa mention saya di twitter: @sinshaen.

    Jadi, mudah saja, kan? Mari suarakan kerinduanmu lewat proyek menulis ini! Jiayou!


    Best regards,

    Sindy Shaen.


    Media partner: Warung Blogger

    [FINAL Update Peserta] Writing Project: Antologi Rindu Tanpa Kata "Rindu"

    $
    0
    0
    Yuhuuu.... senang rasanya melihat apresiasi para penulis yang sudah mengirimkan naskahnya untuk mengikuti my first writing project Antologi Rindu Tanpa Kata "Rindu".

    So, inilah daftar peserta (FINAL) untuk writing project Antologi Rindu Tanpa Kata "Rindu":

    *Daftar ini diurutkan berdasarkan abjad.


    CERPEN:
    1. 12 A.M. – Evi Sudarwanto
    2. 17 Maret – Rizki Kustiarini
    3. Akan Ada Pelangi Setelah Hujan – Desy Natalia
    4. Akhir Rasa yang Membuncah – J. Erna
    5. Aku – Lindsay Lov
    6. Aku Haus Kata – Junita Budiono
    7. Aku Mengaku Salah: Semoga tak Menjadi Semoga – Suharyadi
    8. Aku Yakin Dia Masih Ada – Aisyah Nur Afifah
    9. Amrita (Pada Suatu Senja) – Hapie Joseph Aloysia
    10. Andai Waktu Berputar – Sifa Ulfatin
    11. Angin, Bawalah Aku Pulang – Dyansyah Noer
    12. Apa Kau Ingat Impian Kita? – Novia Kurniasih
    13. Arca di Antara Dramaga dan Negeri Sakura – Robertha Lutfi Andreani
    14. Asa Pada Lautan – Dian Eka
    15. Atas Nama Bahagia – D.K Sumirta
    16. Ayah – Fikrian Rizki Utari
    17. Bangku Taman – Aris Prasetyo Budi
    18. Barisan Kedua Deret Pertama – Rima Yustina Ansor
    19. Bersamamu – Desy Sundaryanti
    20. Berumah Rahasia – Dina Ahsanta Puri
    21. Bismillah, Bang – Rini Wedhayanti
    22. Bukan Soal “Siapa” dan “Apa”, tapi Soal “Kapan” – Widya Fitriyani
    23. Cerita Cinta Lokheswara – Evi Sudarwanto
    24. Cinta Ibu – Ratih Kurniawati
    25. Coffee in Love – Evi Sudarwanto
    26. Dear Daddy – Sarah Puspita
    27. Desember Milik Ayah – Alfi Rahmawati
    28. Detak – Tasya Aniza
    29. Di Bawah Langit Ku Mengingatmu – Aisna
    30. Di Penghujung Senja – Dian Tria Yunita
    31. Di Stasiun Kereta – Imuk Yingjun
    32. Ditatap Nisan Sendiri – Adi Ariwibowo
    33. Emak Pergi – Sri Wahyuni
    34. Encounter – Vidiyani Utari Tampi
    35. Fairytale. I Can't. – Helen
    36. Filosofi Hujan – Ajen Angelina
    37. Firasat Buku Harian – Asmira Fhea
    38. Firasat dan Takdir – Darnisha
    39. Foto Dalam Album Berdebu – Choirun Najib
    40. Gerimis – Teddy Delano
    41. Harapan Prajurit – Adib Fauzan Rahman
    42. Hati Kecil – Djamall
    43. Have We Ever Met? – Ucie Eka 
    44. Hitam Putih – Arif Budiman
    45. How Deep is Your Love? – Oktabrin Erwandra
    46. Hujan Bintang di Hati Nayla – Susi Retno Juwita
    47. Hujan dan Serintik Kenangan – Ajeng Lestari Midi Setyoputri
    48. Ingat Kamu, Ingin Kamu – Gilang Maulani
    49. Izinkan Aku Tersenyum – Laras Insiya Pertiwi
    50. Jalan Kita – Annisa Poprita
    51. Jalan Raya Titian Batu – Dera Fauzia Fitriana
    52. Jiwa yang Tertinggal – Yayuk Andriana S.
    53. Kala Sang Bulan Menemani – Elmaria
    54. Karena Aku Ingin – Elsa Pradani
    55. Kata Itu Adalah… – Caroline Livia
    56. Kata Terlarang – Afif Alhariri Pratama Prasetya
    57. Kehampaan Hati – Opi Ruhliana
    58. Kelana – Nisa Risti Mustikasari
    59. Kelompok Tugas – Putri Aryanto
    60. Kembalilah – Haifa P.
    61. Kembalinya Senyuman Sang Dokter – HS. Binti Masrurin
    62. Kenangan Tak Bertepi – Aulisa
    63. Ketahuilah Perasaanku! – Kevin Laurens Siahaya
    64. Ketika Separuh Jiwa Kembali – Dwi Lestari
    65. Kenangan: Dunia Yang Tak Pernah Hilang – Anastasia Ervina
    66. Khayalan yang Tak Pernah Kembali – Cahya Perwiratami
    67. Kisah di Balik Satu Awan – Komarul
    68. Kita dan Pantai Kura-kura – Susi Retno Juwita
    69. Kita, Ruang, dan Waktu – Azza Nurmalita
    70. Kucingku Sayang, Anakku Malang – Almas Awanis
    71. Kunanti Dirimu di Bawah Langit Berbintang – K. Himawan
    72. Kusampaikan Lewat Radio – Nurul Khasanah
    73. Lebaran Tanpa Oma – Marlina
    74. Lelaki Penghujung Senja – Vitrie K. A.
    75. Lembayung Senja di Pusaramu – Nurul Fitriany Abbas
    76. Lihatkan Ka'bah Untuk Bunda – Attar Arya
    77. Lin! – Dika Afandi
    78. Looking For Me? – Utari Mardatillah
    79. Love in Jogja – Hartini Basaria Natasya Sitanggang
    80. Love Story Under a Pine Tree – Nurul Fatimah
    81. Lucid Dreaming – Shely Kayoula
    82. Maria Bobotov – Lailatul Badriyah
    83. Memindai Rasa – Yulaika Ramadhani
    84. Memori Kamar – Lidya Pawestri A.
    85. Memories of the Day – Corvi A. R
    86. Mengapa – Anindita Hendra
    87. Mengejar Waktu – Jane Rieuwpassa
    88. Menunggu Aina – Fitrah
    89. Menunggumu – Sirka Ayu Laksmi
    90. Misi Konyol – Vincentia Natalia
    91. Move On, Why Not? – Dwi Lestari
    92. Mutiara di Antara Pelangi – Nina Nur Arifah
    93. My Autumn – Khavita Mutiara 
    94. My Dog, Queensa – Ulfa Anjelita
    95. My Heart Will Always Be Yours – Vianny Felicia
    96. My World Is Full With You – Sri Mulyani
    97. Nada Tak Terdengar – Zendy Titis Dwi Andini
    98. Not Over You – Ryan Pradana
    99. Padamu Aisyah – Etika Meylanti
    100. Panggil Airi Saja – Aprie Janti
    101. Pasukan Lebah Morela – Wendhy Rachmadhany
    102. Penantian Dalam Tujuh Purnama – Muhammad Mitsaq Zamir
    103. Perasaan Tanpa Nama – Dita Sari
    104. Perkara Hujan – Fadhli Amir
    105. Perselingkuhan – Bella Zoditama
    106. Pertemuan yang Aku Nantikan – Astrid Lelitya
    107. Phoenix di Antara Tulip Makasar – Vika Kurniawati
    108. Ponsel Pintar Bapak – Stella Prisca
    109. Pulang – Kethut Ragil Purnama
    110. Rahasia Hati – Amaliyah Tulus
    111. Remah-remah Masa Lalu – Neida Camelia
    112. Resign – Jane Rieuwpassa
    113. Sahabatku – Kurnia Hadi Saputra
    114. Sahabat, Masalahku Bukan karena Cinta – Rahmi Afzhi Wefielananda
    115. Salam Untuknya – Gusti ARD
    116. Satu Pijak – Tri Saputra Sakti
    117. Sebuah Pengakuan – Livka Orestilla
    118. Seketika, Selamanya – Ananda Alisha Diandri
    119. Sekilas Tentang Dirimu – Emilyanti
    120. Senandung Biru – Shofira Hanan
    121. Senja Tak Akan Sirna – Rosa Linda
    122. Senja tanpa Nama – Gyan Pratika
    123. Seperti Langit Mencintai Bulannya – Ai Lilis Majmulah
    124. Sepucuk Surat di Lemari Ibu – Tara Zhafira
    125. Seribu Puisi – Putra Zaman
    126. Sesederhana Lalat Hijau Goreng – Vella Rahmania
    127. Setelah Hujan – Maulana Setiadi
    128. So Far Away, You Are – Utari Mardatillah
    129. Sruni – Danang Firmanto
    130. Surat Buat Syalimar – Imuk Yingjun
    131. Surat di Kaki Merpati – Amalia Dyah Arlita
    132. Surat Tanpa Kode Pos – M. Latif Afadyra
    133. Tanpa Sepatah Kata – Wahyu Rahma Zulaeha
    134. Tanyaku – Ghianda Kahlia Solihat
    135. Telepati Cinta dari Bumi ke Surga – Eveline Naomi
    136. Temani Aku Dalam Kesunyian – Revi Wandini
    137. Tentang Kita, Aku, dan Kamu – Yulhamsidar
    138. Tentang Rasa yang Tak Boleh Diungkapkan – Rika Alif Firda
    139. Terjebak Nostalgia – Choirunnisa
    140. Tersenyumlah Untukku – Vini Priscila
    141. Teru Teru Bozu – Fakhrunnisa Mastura
    142. Tetap Menunggu – Dita Ananda
    143. The Girl from Ipanema – Shely Kayoula
    144. Tiara Gadis Masa Laluku – Avifah Haibatuzahra
    145. Tiga Hari – Starin Sani
    146. Titip Doa Buat Ibu – Zara Adini
    147. Toi Yeu Em – Siti Yulianingsih
    148. Trotoar Segi Enam – Keshia Sawitri
    149. Tunggu Aku di Pertemuan Nyata – Andi Raita Umairah
    150. Virus Alex – Vincentia Natalia
    151. Yang Tak Terkatakan – Imasari Aryani
    152. Your October – Cecelia

    FLASH FICTION:

    1. 2 Menit – Ire Rosana Ullail 
    2. 3 Oktober – Tiara Kusuma Ardiyati 
    3. Adik Perempuanku – Gaby Dian Mega 
    4. Air Mata Ibu – Mel Puspita 
    5. Aku Harus Kuat Untuk Mama – Fenni Wardhiati
    6. Aku, Pecundang dari Masa Lalu – Eveline Naomi
    7. Aku Tidak Mau Dikloning – Elsa Syefira Qhoirunnisa
    8. Alishka – Tasya Aniza
    9. Apa Kabar, Pahlawanku? – Saraswati
    10. Ayah – Rahma Dewi 
    11. Ayah, Pulanglah – Arni Windasari
    12. Ayas – Ghina Amania
    13. Ayunan – Ranika Ruslima
    14. Badai – Osalina Toemapa
    15. Bayiku – Elva Derlina Harahap
    16. Beautiful Day To Cry – Sigit Eko Baskoro
    17. Bertemu MasaLalu – Rachmania Ardhyani
    18. Bilamana Bagaimana – Oryzha Yofa 
    19. Bulan, Tolong Beri Tahu Aku.. – Yonata Putri
    20. Cempaka dan Lantana di Tengah Hujan – Muhammad Nur Faqih
    21. Dalam Deburan Ombak – Henydria Dwi A.
    22. Dear Tania – Puspa Bahari
    23. Denis – Rahma Dewi
    24. Diksi – Dinar Astari
    25. Di Mana? – Istajiblana
    26. Di Perantauan – Risa Nuraini
    27. Dunianya Akuarium – Iqbal Maulana Suryana
    28. Ego(a)ku – Ayu Gina Utari
    29. Email Untuk Jo – Ajen Angelina
    30. Forever With You – Amelia Novani
    31. Fotoku, Pengingatku – Hanum Wahyu Wibisono
    32. Gila Untuk Sri Handayani – Reshie Gowo
    33. Hanya Sebuah Kenangan – Nazaruddin Ikhsan
    34. Hanya Bayangan – Idash Kenzie
    35. Harga Diri, Harga Mati – Umi Salamah
    36. Hidup Senilai Hutang – Eveline Naomi
    37. Hilang – Maylana Ayu Arista
    38. Hilangnya Angsa di MusimDingin – Welly Eka S.
    39. HubunganBatin – Donny Sahureka
    40. Hujan di Bulan Mei – Fransiska Nana Anggita
    41. Ibu, MaafkanAku, Anakmu – Preci Arinda
    42. Idul Adha di Tanah Anbiya – Dadan Ahmad Zaini Dahlan
    43. Jelajah Sepasang Kaki Mungil – Agin Adwisan
    44. Kado Terindah – Tyagita Indahsari Widodo
    45. Kakek Buta dan Sulingnya – Stany Cecilia
    46. Kapan Kita BertemuLagi – MeykkeSantoso
    47. Kau, Aku, Mereka, danSebuahFoto – Nabilah Rosyadah
    48. Kehidupan di Sana – Putri Aryanto
    49. Kenangan Itu – Arif Budiman
    50. Kisah Para Gamelan – K. Himawan
    51. Kopi Pahit – Hary Tri Suroyo
    52. Kota Mati – A. A. Muizz
    53. Kotak Coklat – Trivena Indarti
    54. Kutunggu Kau Dalam Harap – Farah Awaliyah Istighfarin
    55. Laut Jawa Memisahkan Kita – Hanum Wahyu Wibisono
    56. LDM (Long Distance Mama) – Astinah Amirasyah
    57. Lili Putih – Vinda Andriana
    58. Lintas Batas – Tantan Rahmatullah
    59. Lolipop – Feni Fauziah
    60. LukisanUsang – Vinda Andriana
    61. Lupa – Anjani Yaumil Arafah
    62. Malam Ini – Syawindah Anggryana
    63. Mas – Zahra Fauziyyah Imani
    64. Masih Samakah? – Intan Masruroh Setiawan
    65. Mendekap Bulan – Amalita Frantrini N.
    66. Menggenggammu Dalam Aksara di Sujudku - Zahra Fauziyyah Imani
    67. Menghilang di Tengah Hujan – Aria Shaula
    68. Mimpi Sang Ksatria – Natanel Anastasye
    69. Monolog – Guntur Kharisma Putra
    70. Namaku, Namanya – Ana Falesthein Tahta Alfina
    71. Novel Pinjaman – Risa Nuraini
    72. Pagi yang Lain – Kristiawan Balasa
    73. Pantai Tanjung Benoa – Henry Marsetio
    74. Pelukan Siang – Trivena Indarti
    75. Pelukan Terakhir – Dewi Sri
    76. Perayaan Patah Hati – Fitriyah
    77. Perempuan PelukisS enja – Dewi Sri
    78. Perempuan yang Selalu Menunggu – Hedia Rizki
    79. Peron – Meliya Indriani
    80. Persimpangan Jalan Coklat – Nura A.E
    81. Pesan – Suharyadi
    82. Pesawat Tujuan Surga – Lukman Hambali
    83. Pos Satpam dan Kita – Zahra Fauziyyah Imani
    84. Pulang(1) – Elva Derlina Harahap
    85. Pulang(2) – Ch.Evaliana
    86. Rana Merana – Intan Puspita Arum
    87. Rasa yang Salah – Preci Arinda
    88. Rasa yang Tak Pernah Tergadai – Resa Wahyuni
    89. Ria – Ivana The
    90. Sahabat Tak Bersambung – Muh. Nashrurrokhman
    91. Sakura – Aulia Rahman
    92. Salam Untuknya – Gusti ARD
    93. Sang Pendongeng – Iwa Nurma Ahyari
    94. Satu Hati Untukku – Lucky Restina Dewi
    95. Satu Jam Saja – Adilah Maghfira
    96. Satu Kata Terakhir – Petronela Putri
    97. Satu Permainan, Terlalu Banyak Bagian – Firnita Taufick
    98. Sayonara Memories – Sigit Eko Baskoro
    99. Sebatas Mimpi – ImukYingjun
    100. Sebuah Doa – Indri Hapsari 
    101. Selamanya – Arief Maulana
    102. Selembar Kertas – Dewi Sri
    103. Semua Tentangmu – Fajar Verdian
    104. Senandung Al Qur’an Untuk Raga – Choirunnisa
    105. Senja di Pelabuhan – Dewi Sri
    106. Sepasang Mata – Kethut Ragil Purnama
    107. Serpih-Serpih Cinta – Faihah Zahrah
    108. Seruan Memori – Etika Melyanti
    109. Siapa yang Harus Disalahkan? – Isyia Ayu
    110. Siluet – Dila Miftah
    111. Song From Heaven – Sigit Eko Baskoro
    112. Sosok Itu – Nia Wibiyana
    113. Surat Suara Untuk Andra – Ella Arifatiana
    114. Surat Untuk Bunda – Rinrin Indrianie
    115. Syawal ke-19 – Lucky Restina Dewi
    116. Tangisan Penyesalan – Sigit Eko Baskoro
    117. Tapi – Rieny F. R.
    118. Tepian Jalan Untuk Ayah – Eveline Naomi
    119. Terbayang Bayangmu – Artanto
    120. Teruntuk: Kamu, yang Diam-Diam Selalu Ingin Kutemui Pacarmu – Aulisa Rahmi
    121. The Past – Intan Suryaningrum
    122. Tidak Ada Ruang Buat Cowok – Tika
    123. Tiga Cinta Satu Pelukan – Agus Kurniawan
    124. Tik Tok Tik Tok Tik Tok – Latifah Az-zahrah
    125. Titik(mu) – Desvian Wulan
    126. Ulang Tahun – Masya Ruhulessin
    127. Untukmu yang Tak Pernah Kembali – Tikasomnia
    128. Vespa Milik Ayah – Trivena Indarti
    129. Wulan Jatuh Pada Bumi – Red Carra
    130. Yang Kurasa – Endah Ayunda Sari
    131. Yang Tak Pernah Sampai – Royhanatul Fauziah
    132. Yongyuan Dengdai Ni – Tanti Siti Noor R.
    133. You Want a Lie – Siti Yulianingsih



    PUISI:
    1. 00.01 AM – Fitria Zahrina 
    2. 100 Hari Lagi, Matahariku... – Angelica Agnes Kurniaty 
    3. 13 Tahun 2 Bulan 13 Hari – Tyas Rosawinda Khairunnnisa 
    4. 25 Tahun yang Lalu – Putri Aryanto 
    5. Abu-Abu – Titim Khoiriyati 
    6. Ada yang Bisa? – Sandra Debora 
    7. Addicted – Yulaika Ramadhani 
    8. Akankah Engkau Kembali? – Didik Nugroho 
    9. Aku dan Lilin – Muhammad Naufal Hafizh 
    10. Aku dan Senja – Endah Rika 
    11. Aku dan Udara – Trivena Indarti 
    12. Aku Ingin Jadi Ekormu – Aria Shaula 
    13. Aku Ingin Kembali (1)– Iqbal Maulana Suryana 
    14. Aku Ingin Kembali (2) – Yuli Oktaviana 
    15. Aku Ingin Kembali (3) – Priska Tamara Taradipa 
    16. Aku Kalah – Mohammad Ra'uf 
    17. Aku Mengingatmu – Maylana Ayu Arista 
    18. Aku Mohon – M. Latif Afadyra 
    19. Aku Mencintaimu – Else Fatmawati 
    20. Aku Rasa – Sinta Novia S. 
    21. Aku Selalu Mencoba Tak Mengingatnya – M. Latif Afadyra 
    22. Aku Tak Bisa Lagi Menyebut Nama Itu – Kethut Ragil Purnama 
    23. Aku Tetap Menunggu – Tarmudi 
    24. Aku Tersesat – Jingga Lestari 
    25. Alasan – Kiki Ramadhani 
    26. Alasanku Berdiri – Lusiana Hutasoit 
    27. Aliran – Nur Syifa Maulida 
    28. Although – Cecelia 
    29. Analogi Rasa – Kiki Ramadhani 
    30. Angin di Selasar Timur – Sigit Jaya Herlambang 
    31. Andai Diriku Adalah Dirimu – Didik Nugroho 
    32. Andaikan Saja – Harliza Diah 
    33. Area Tanpa Nama – Yunisma Sulala 
    34. Arti Hadirmu – Wavy Rachmawati 
    35. Asa Jiwa – Masruroh 
    36. Asal Pertanyaan Itu – Lusiana Hutasoit 
    37. Asa Rasa; Abdi Hati dalam Kemunafikan – Kasyani 
    38. Awan Kelabu – Davila Rubianti Arundina 
    39. Awan Tak Putih – Istajib lana 
    40. Bayangan – Siti Ainun Jariah 
    41. Bayangmu – Emilyanti 
    42. Bayanganmu (1) – Fitri Ayu Pakpahan 
    43. Bayanganmu (2) – Komarul 
    44. Bayang Itu – Gal Candra 
    45. Bayangkanlah – M. Latif Afadyra 
    46. Beberapa Jam Lagi – M. Latif Afadyra 
    47. Begitupun Aku – Adrianus Erwien 
    48. Belulang Tak Serupa Tulang – Muhammad Isyroqi Asy’ari 
    49. Berbeda – Destri Pangestuti 
    50. Berharap Kan Jumpa – Tyas Rosawinda Khairunnnisa 
    51. Beri Cinta Waktu – Dea 
    52. Berkawan Sebuah Bayang – Yulfrianti 
    53. Berpeluk di Barzah – Ratna Agustina Pangestu 
    54. Biarkan Aku Melihatmu Sekali Lagi – Fara Fathia 
    55. Bintang – Dhentya Septa Herawanti 
    56. Bintang Jatuh – Azzam Abid Dzikron 
    57. Bintangku – Ardinta Priladanti 
    58. Bisakah Aku? – Prince Damo Rejeb 
    59. Bisu Bercengkrama – Davila Rubianti Arundina 
    60. Brengsek – Vella Rahmania 
    61. Buah Kepergianmu – Yuli Oktaviana 
    62. Bumiku – Yuli Oktaviana 
    63. Bunda – Yuli Oktaviana 
    64. Bunga Asmara – Inggit Prahesti 
    65. Buya – Keshia Sawitri 
    66. Candu – Henry Marsetio 
    67. Caraku, Untukmu – Fitri Nurjamilah 
    68. Cepat Bertemu Kita – Rizki Ayu Safitri 
    69. Cerahnya Pagi – Ardinta Priladanti 
    70. Cerita Kita – Stephanie 
    71. Cinta Dalam Dekapan – Santi Octaviana 
    72. Cintaku Lebih Besar Dari Cintanya – Rizal Justian S. 
    73. Cinta Pertama – Diani F. 
    74. Cinta Suci – Hanan Nurul Atikah 
    75. Dalam Diam Aku Mengingatmu – Davila Rubianti Arundina 
    76. Dalam Kedamaian – Rahma Nur Amalia 
    77. Dalam Kelam Hujan – Kiki Ramadhani 
    78. Dalam Malam yang Dingin – Ragil Anugrahheny 
    79. Dalam Menit Bisu – Resna J. Nurkirana 
    80. Dalam Pasir Adam Eva – Acik 
    81. Dalam Penantian – Wemmy 
    82. Daun-Daun yang Pulang – A'yat Khalili 
    83. Daun Muda – Hary Tri Suroyo 
    84. Dekapan Ayah – Gending Serani 
    85. Dia ‘Kan Kembali – Yuli Oktaviana 
    86. Di Antara Bayang Senja – Nova Violita 
    87. Di Atas Batu Nisan – Inggit Prahesti 
    88. Di Balik Lembar Kisah – Binatang Jalang 
    89. Di Bangku Tua Sebuah Taman – Intan Fitranisa 
    90. Di Lingkar Sebuah Rasa – Iqbal Maulana Suryana 
    91. Di Mana Kamu, Kawan? – Soraya Hasna Fadhilah 
    92. Di Ruang Albino – Yohane Novelia S. 
    93. Di Sana – Nuning H. 
    94. Di Sini – Isna Eviliyana 
    95. Di Tengah Rintik Hujan – Soraya Hasna Fadhilah 
    96. Doa Pejalan Jauh – Ketut Ragil Purnama 
    97. Dosa dan Jauh – Putri Aryanto 
    98. Dua Pahlawan – Siti Setianingsih 
    99. Elegi Lupa – Fadhli Amir 
    100. Elegi Senja – Faihah Zahrah 
    101. Engkau yang Terlanjur Pergi – Winda Rahma 
    102. Esok, Saat Senja Meredup – M. Lutfi Hamid 
    103. Es Syrup Lemon – M. Latif Afadyra 
    104. Fajarku – Alia Fioni 
    105. Familiar – Heridwan 
    106. Fatamorgana – Rafiqa Humaira 
    107. Fatamorgana Jingga – Luqyana Farah Nur Ni'mah 
    108. Foto Dalam Dompet – M. Latif Afadyra 
    109. Fragmentasi Hujan Cinta – Ferry Rimbawan 
    110. Garis-garis Kenangan – Tengku M. Alwi Arabi 
    111. Gema Takbir – Dwi Yunda 
    112. Gila – Titim Khoiriyati 
    113. Hai Air – Lusiana Hutasoit 
    114. Hampa – Zaidah Rifah Uswatun 
    115. Hanya Engkau, Tuhan – Iqbal Maulana Suryana 
    116. Hanya Mengandai – Winda Rahma 
    117. Hanya Satu Kata – Diani F 
    118. Hanyut – Rotria M. Manurung 
    119. Hati Ini – Yuli Oktaviana 
    120. Hatiku Terbelenggu – Kenang Kinang 
    121. Hegemoni Cinta – Amelia Reymonda 
    122. Hilang Dalam Kelam – Desmawati 
    123. Hujan, Apa Ia Bahagia? – Lusi Tri jayanti 
    124. Hujan Bersama Kenanganmu – Trini Nur Cahyani 
    125. Hujan Turun Lagi Sore Itu – Muhammad Naufal Hafizh 
    126. Hutan Kenangan – Dewi Sri 
    127. Ingat – Hafidh Kurnia 
    128. Ingat Kesenangan Berdua – Ferry Willi Riawan 
    129. Ini Benar-Benar – Delvi Kusuma Fibia Rindika 
    130. In Memoriam – Royhanatul Fauziah 
    131. Istana – Nisa Risti Mustikasari 
    132. Izinkan Aku Mati Rasa – Sophie Azizah 
    133. Jaket yang Digantung – Muhammad Naufal Hafizh 
    134. Jalanku Jalanmu – Yunus Ardianto 
    135. Jalan Pulang (1) – Ketut Ragil Purnama 
    136. Jalan Pulang (2) – Salma Fauziah 
    137. Jangan Tangisi Rembulan – Dera Fauzia Fitriana 
    138. Janji Sang Ksatria Malam – Shely Kayoula 
    139. Jarak – Astinah Amirasyah 
    140. Jarak dan Waktu – Muchamad Sholakhuddin Al Fajri 
    141. Jauh Darimu – Laura Marisa 
    142. Jeritan Hati – Ananda Rizkiani 
    143. Jeruk – M. Latif Afadyra 
    144. Jika Pandang tak Bersua – Miftahul Huda 
    145. Jumpa Dalam Aksara – HC Luthfi 
    146. Kabar dan Keputusan – Keshia Savitri 
    147. Kala Namamu Disebut – Emmalini Rizki 
    148. Kala Senja – Dewi Sri 
    149. Kala Senja Tiba – Meilania Berlianti 
    150. Kaledoiskop Waktu – Tyas Rosawinda Khairunnnisa 
    151. Kamu – Fitri Nurjamilah 
    152. Kamu, yang Kutunggu di Sini Lama– Heridwan 
    153. Kapan? (1) – Sarah Qodriyani 
    154. Kapan? (2) – Yuli Oktaviana 
    155. Kapan Datang – Iqbal Maulana Suryana 
    156. Kapankah? – Angela Florencia 
    157. Karambol: Kau dan Aku – Annisa Rochma 
    158. Karena – Ardinta Priladanti 
    159. Karena Kau Tak Ada di Sisiku – Agus Salim 
    160. Kasih (Nomer Dua) – Wisnu Bayu Aji 
    161. Katamu, Waktu Punya Bangku – Fadhli Amir 
    162. Kata yang Tak Terucap – Nur Rosalia 
    163. Kau Begitu Jauh – Rahma Nur Amalia 
    164. Kau Luka Mawar – Sofa Khasani 
    165. Kehangatan Cinta – Tazkia D. P. 
    166. Kejutan – Alra Ramadhan 
    167. Keluargaku Pohon Idamanku – Wahyu Erwanto 
    168. Ke Manakah Perginya Dirimu? – Anita Simbolon 
    169. Kemarauku Tak Beraturan – Ahmad Nashiruddin 
    170. Kembali – Lia Septiany 
    171. Kembalikan, Kasih Sayang dan Cintamu, Ibu – Desitasari 
    172. Kembalilah – Christie Amanda 
    173. Kembalinya Sebuah Kebersamaan – Nurul Fitriany Abba 
    174. Kenangan (1) – Gabriella R. Almadea 
    175. Kenangan (2) – Teddy Delano 
    176. Kenangan Lama – Anisa Sholihat 
    177. Kenangan Usang – Wavy Rachmawati 
    178. Kepada Waktu Yang Merasa Terus Melangkah – Fadhli Amir 
    179. Kepulanganmu – Royhanatul Fauziah 
    180. Kertas dan Pena – Diani F. 
    181. Kertas Kepada Pena – Miftahul Huda 
    182. Ketika Jarak Terbentang – Patimah Asriani 
    183. Khayalku – Esa Rahmayanti Al-Rasyid 
    184. Kilas – Vella Rahmania 
    185. Kisah yang Tertinggal – Resna J. Nurkirana 
    186. Kita Merayakan Lebaran yang Bukan Tahun Baru – Ibe S. Palogai 
    187. Kuburan Rasaku – Susi Retno Juwita 
    188. Ku Ingin Dengar Suara Ayahku Lagi – Hastira Soekardi 
    189. Kumohon Pada Bulan – Nurbila Putri 
    190. Kupu dan Dara Padang – Ahmad Thariq 
    191. Labirin Malam – Fitri Wahyuni 
    192. Lagu – Lusiana Hutasoit 
    193. Lagu itu, Kamu – Ai Lilis Majmulah 
    194. Lalu Sama Terdiam – Palupi Jatuasri 
    195. Lampau – Rena Kharisma 
    196. Layaknya – Ubaidillah 
    197. Lebaran Kali Ini – Trini Nur Cahyani 
    198. Lewat Hujan – Dian Tria Yunita 
    199. Lima Sebab Aku Terus Mengingatmu – Fadhli Amir 
    200. Luangkanlah Waktu Untuk Menemuiku – M. Latif Afadyra 
    201. Makna Segaris Senyuman – Lusi Tri jayanti 
    202. Malam – Linda Dwi Utami 
    203. Mampukah? – Esa Rahmayanti Al-Rasyid 
    204. Mana Lagi – Rima Yustina Ansor 
    205. Masih – Dewi Sri 
    206. Masihkah? – Mohammad Lutfi 
    207. Masih, Lagi dan Selalu – Puspita Bella Y. 
    208. Masih Membekas – Ratih Oktaviani Ginting 
    209. Masih Menanti – Tyas Rosawinda Khairunnnisa 
    210. Masih Menunggumu – Sirka Ayu Laksmi 
    211. Masih Teriris Menunggu Kamu – Khodijah Supriyanto 
    212. Matamu di Mataku – Arni Windasari 
    213. Mauku – Shely Kayoula 
    214. Melata di Keheningan Malam – Iqbal Maulana Suryana 
    215. Memanggil Dalam Sepi – Rama Febriyan 
    216. Memanggil Kemarin – Nhunaiya 
    217. Memoar Langit Jingga – Udji Kayang Aditya 
    218. Memotong Jarak – Dewi Sri 
    219. Menanti Bidadari Kecil – Nita Nuriawati 
    220. Menanti Engkau Kembali – Dian Agustina 
    221. Menanti (Entah Kapan) Hadirmu – Margaretha Gizanda 
    222. Menanti Temu yang Semu – Iqbal Prayadi Saputra 
    223. Menatap Sebuah Asa – Ardinta Priladanti 
    224. Mencari Rasa ke Entah – Resna J Nurkirana 
    225. Mendung – Fitri Nurhasanah 
    226. Meneropongmu – Muthiah Muthmainnah 
    227. Mengapa Semesta Tak Menjawab – Lusiana Hutasoit 
    228. Mengeja Memori – Istiqomah 
    229. Mengejar Bayangan – Sophie Azizah 
    230. Mengganti Definisi – Vella Rahmania 
    231. Menggunjingkanmu – Devita Mayangsari 
    232. Mengusai Rasa – Resna J. Nurkirana 
    233. Menjejak Sajak – Resna J. Nurkirana 
    234. Menunggu Kamu Kopi Pagi – Silviana D. Marantika 
    235. Menunggumu – Raya Dewinta 
    236. Menunggu Waktu Menjemputku – Dea Ayu Berlinda 
    237. Menyibak Sinar Rembulan – Dewi Sri 
    238. Merdeka! – Yuli Oktaviana 
    239. Mie Ayam – M. Latif Afadyra 
    240. Monster 'Kamar Ini dan Itu'– Rahma Angestiyogi 
    241. Montase – Sigit Jaya Herlambang 
    242. Nama Kamu – Delvi Kusuma Fibia Rindika 
    243. Negeri Seberang Lautan – Wahyu Liana 
    244. Nona S – Iqbal Maulana Suryana 
    245. Nyanyian Senja di Pelataran – Riana Adam Alkurdi 
    246. Nyanyian Hati – Elma Indah L. A. 
    247. Pada Hal-Hal yang Seharusnya Kamu Ketahui – Kiki Ramadhani 
    248. Pada Senja – Kethut Ragil Purnama 
    249. Pada Sinar Jingga – Adi Kurniawan Ritonga 
    250. Pagi – Ardinta Priladanti 
    251. Pecahan Air Mata – Eka Mega Cynthia 
    252. Pelabuhan Persinggahan – Muhamad Pajri 
    253. Pemikiran Gila – Esa Rahmayanti Al-Rasyid 
    254. Penantian (1) – Kharisma Sandi Kelana 
    255. Penantian (2) – Umi Salamah 
    256. Penantian di Ujung jalan – Siti A. J. 
    257. Pengasingan – Mohammad Lutfi 
    258. Penuh Oleh Bayangnya – Rahma Dewi 
    259. Penyesalanku – Gilang Maulani 
    260. Perayaan – Masya Ruhulessin 
    261. Perempuan yang Menanti – Syawindah Aggryana 
    262. Perihal Kepulangan – Kiki Ramadhani 
    263. Permohonan Logis – Fadhli Amir 
    264. Perpisahan Termanis – Fahrial Jauvan Tajwardhani 
    265. Pertemuan Imajiner – Fadhli Amir 
    266. Pesan Singkat – M. Latif Afadyra 
    267. Polaroid Usang – Ja’far 
    268. Poof – Vella Rahmania 
    269. Prolog Dini Hari – Kiki Ramadhani 
    270. Proses Menjaga – Niswah Qurrotul Aini 
    271. Puisi Biru – Shofiail Haisyah Sadri 
    272. Puisi Kita, Aku, dan Kamu – Yulhamsidar 
    273. Pulang (1) – Intan Fitranisa 
    274. Pulang (2) – Sophie Azizah 
    275. Pulsa Limaribu – M. Latif Afadyra 
    276. Puncak Temu – Wendi Isnandar 
    277. Rabuku Sendu – Ulfah Fitria 
    278. Rahasia Penantian – Susi Retno Juwita 
    279. Rantai Sutra – Eri Udiyawati 
    280. Rasa (1) – Nur Hasanah 
    281. Rasa (2) – Satryo Sultan Permata 
    282. Rasa Ini (1) – Fitri Nurjamilah 
    283. Rasa Ini (2) – Linda Mustika Hartiwi 
    284. Rasaku Padamu – Laura Marisa 
    285. Rasaku Padamu Pelita Hati – Dede Iis Supriatin 
    286. Rasamu Rasaku – Titim Khoiriyati 
    287. Rasa Tak Bertepi – Reskiyana 
    288. Rasa Tanpa Asa – Kurnia Asri Idaman 
    289. Rasa Tanpa Kata – Maya Nur Amalia 
    290. Ratapan Awan Pada Hujan – Miftahul Jannah 
    291. Reformasi – Yuli Oktaviana 
    292. Resapi Rasaku – Kartika 
    293. Rintihan Kidung Tak Kasat Mata – Sinta Maulida Hapsari 
    294. Roti Bakar – Trivena Indarti 
    295. Ruang – Resna J. Nurkirana 
    296. Ruang Nama – Kiki Ramadhani 
    297. Ruang Sempit – Arief Maulana 
    298. Saat Kau Tak Boleh Mengucap Kata Itu – Elsy Vellayati 
    299. Saat Kita Bersama – Dedi Setiadi 
    300. Sahabatku Tercinta – Emmalini Rizki 
    301. Sajak Sederhana Untuk Mama – Liliana Viva 
    302. Sakit – Yuli Oktaviana 
    303. Salam Malam – Raymundus Wendi 
    304. Sangkan Paran – Keshia Sawitri 
    305. Sang Nada Sumbang – Eka Sri Wahyuni 
    306. Sang Pengelana – Sisma Dwi 
    307. Sang Pengembara – Agus Salim 
    308. Seberang Pulau – Annisa Siwi Prastiwi 
    309. Sebuah Pengakuan – Livka Orestilla 
    310. Sebuah Perempatan – Kethut Ragil Purnama 
    311. Sebuah Perjalanan- Resna J. Nurkirana 
    312. Secangkir Kopi – Rizki Ayu Safitri 
    313. Secercah Rasa – Raymundus Wendi 
    314. Sedang Apa – Nisa Risti Mustikasari 
    315. Segelas Coklat Panas – Soraya Hasna Fadhilah 
    316. Segelas Wajah Bercahaya – Fajar Verdian 
    317. Segiempat Langit – Rostita 
    318. Sehari Bersamamu – Dian Farida Ismyama 
    319. Seikat Harapan – Dewi Sri 
    320. Sejauh Bulan – Dewi Sri 
    321. Sejenak Rasa – Trivena Indarti 
    322. Seketika Langit Mendung – Vania Okkyputri 
    323. Sela Hujan – Triyono 
    324. Selaksa Rasa – T. Balqis Mardhiya R. 
    325. Selalu Adalah Kau – Gaby Dian Mega 
    326. Selamat Jalan, Ayah – Mirna Safitri 
    327. Selamatkan Aku – M. Latif Afadyra 
    328. Selimut Kesunyian – Benazir Walida 
    329. Selisih Waktu – Sika Indry 
    330. Semburat Jingga – Yani Anisha 
    331. Sementara – Vella Rahmania 
    332. Semu – Annisa Amalia 
    333. Semua Tak Pernah Sama Lagi – Stella Prisca 
    334. Semu Dinanti – Muhammad Isyroqi Asy’ari 
    335. Semusim yang Berlalu – Arif Budiman 
    336. Sendu – Dian Agustina 
    337. Sendu Merdu (Kagumku) – Rima Musfitah 
    338. Senja Kelabu – Darnisha 
    339. Senjaku, Sepiku – Annisa Trias Nurdiansari 
    340. Senja, Rintik Hujan dan Airmata – Dyaz Afryanto 
    341. Senyum dan Katakan Selamat Datang Pagi Berduri – Nurul Khasanah 
    342. Senyum Tanpa Balasan – Davila Rubianti Arundina 
    343. Sepanjang Jalan Ibu – A'yat Khalili 
    344. Sepanjang Kenangan – Salma Fauziah 
    345. Sepasang Mentari – Dhentya Septa Herawanti 
    346. Sepatah Sayap-Sayap – Kiki Ramadhani 
    347. Seperti Aku Enggan Menghapus Kamu – Kiki Ramadhani 
    348. Sepiku – Mursinah 
    349. Sepinya Hati – Khairul Amin 
    350. Sepukal Harapan – Ari Widya N. 
    351. Serpihan Inspirasi – Diani F. 
    352. Sesaat Berkisah – Resna J. Nurkirana 
    353. Setipis benci dan cinta – Adilah Maghfira 
    354. Siapa yang Bisa Menghentikan – Aria Shaula 
    355. Sore Itu di Bawah Pohon Beringin – Komarul 
    356. Stasiun Kala Sore – Priska Amalia 
    357. Suara Andromeda – Davila Rubianti Arundina 
    358. Sulaman Kasih – Inggar Bagus Wibisana 
    359. Sunset In Paradise – Henry Marsetio 
    360. Sunyi Melipat di Dadaku – Eddie M. N. S. Soemanto 
    361. Surat Kaleng untuk Cinta – Nazaruddin Ikhsan 
    362. Surat yang Tersirat – Mistissy 
    363. Tak Mungkin – Putra Zaman 
    364. Tanpa Kata – Zarratul Ziand Zainia 
    365. Tanpa-mu – Yuli Oktaviana 
    366. Tanpamu – Tita Fatmawati 
    367. Tanpa Senyuman – Opi Ruhliana 
    368. Tanyaku Kala Ragu – Kartini 
    369. Telepon Genggam Tanpa Pulsa, dan Sebuah Foto Kita di Sebuah Café – M. Latif Afadyra 
    370. Tengah Hari – Alra Ramadhan 
    371. Tentang Aku, Jarak, Waktu, dan Kamu – A. A. Muizz 
    372. Tentang Angin dan Rasaku – Oryzha Yofa 
    373. Tentang Kamu – Resna J. Nurkirana 
    374. Tentang Kepercayaan dan Kepulanganmu – M. Latif Afadyra 
    375. Tembakan Perang – Tyagita Indahsari Widodo 
    376. Tentang Kamu – Ulfah Fitria 
    377. Tentang Setia – Astrie Linda R. 
    378. Terbentur Waktu – Badzlina Halaw 
    379. Terpaku Di Sini – Didik Nugroho 
    380. Teruntuk Sahabat – Vania Okkyputri 
    381. Tetaplah Tersenyum – Yunda Enda 
    382. Tiga Permintaan – Fitri Nurjamilah 
    383. Tik Tok Tik Tok – Widya Lestari 
    384. Titik Terhangat – Iqbal Maulana Suryana 
    385. Titik Terlemahku – Fitri Nurjamilah 
    386. Titik yang Hilang – Misqul Syakirah 
    387. Toga Penjaga Hati – Fredy Estofani 
    388. Too Late – Jessica Rianna 
    389. Tubian Tanya – Palupi Jatuasri 
    390. Ujung Harapan – Yuli Oktaviana 
    391. Untuk Matar – Fadhli Amir 
    392. Untukmu – Lusiana Hutasoit 
    393. Untukmu Sahabat – Imas Hanifah N. 
    394. Waktu Sederhana – Kurnia Ratnaningsih 
    395. Ya – Nisa Risti Mustikasari 
    396. Yang Belum Kembali – Fransisca Thelly Ruban 
    397. Yang Dirasa Hati – Welly Eka S. 
    398. Yang Terpendam – Inez

    Naskah di atas adalah yang dinyatakan telah MEMENUHI SYARAT setelah disortir (untuk keseluruhan naskah yang masuk tanggal 1-15 Oktober 2013). Untuk info selanjutnya mengenai hasil penjurian sekaligus pengumuman pemenang, terus pantau timeline saya ataupun kunjungi blog ini.


    *Jika ada kesalahan pengetikan nama dan judul, tolong konfirmasi ke saya. Terima kasih. ^^
    *Partner in sorting Stany


    Best regards,


    STOP “Persepikan”!

    $
    0
    0
    Picture is taken from here

    Hmm, sudah lama rasanya nggak mengisi blog ini dengan kebawelan a la seorang gadis absurd. So, let me start this blog post with one simple question:

    “Apakah kamu akan merasa terganggu ketika tiba-tiba merasa bakal jadi 'korban sepik' lewat telepon?”

    Pertanyaan tersebut berlaku khusus untuk cewek-cewek yang merasa kece (kayak aku). #plak

    Well, di sinilah “ketergenggesan” tersebut bermula…

    2 hari yang lalu, aku mengikuti salah satu workshop (jurnalis) yang diadakan di Manado. Pembicaranya sudah pasti para profesional yang berkecimpung di dunia jurnalistik, termasuk wartawan. Kegiatan yang cukup memperluas wawasan sekaligus mengisi “waktu luang”.

    Singkat cerita, saat mengisi form pendaftaran, para peserta diwajibkan untuk menuliskan nomor ponsel yang bisa dihubungi. Karena pikirku kegiatan tersebut adalah kegiatan yang positif, maka aku dengan senang hati mengisi nomor ponselku di form pendaftaran tersebut. Tak ada pikiran negatif saat itu.

    Saat workshop berlangsung, ada seorang pembicara (merangkap panitia) yang merupakan seorang jurnalis kenamaan di Manado (ia juga katanya ketua forum wartawan entah-apa-namanya di sini). Usianya kuperkirakan baru sekitar 28 tahun dengan penampilan yang parlente dan kalau bisa dibilang, sih, lumayan ganteng di mataku.

    Ketika memberikan materi, si jurnalis tersebut kelihatan banget caper padaku dan 2 teman cewek yang saat itu bersamaku (ini bukan GR, tapi beneran). Aksinya tersebut malah membuatku ilfeel dan kharismanya di mataku seketika luntur tak bersisa. (Demi apa juga ngefans sama cowok yang meskipun keren tapi pecicilan? Hih!)

    Tadi pagi, ada nomor tak dikenal yang meneleponku. Aku menjawab telepon tersebut dan anehnya tak ada suara dari ujung sana. Beberapa detik awal, aku terus-menerus menanyakan “hallo, ini siapa?” seperti orang bego dan tetap saja tak ada jawaban. Sisi usilku terusik. Kuarahkan ponsel ke speaker yang sedang memutar lagu One Direction. Hampir semenit berselang, tetap saja tak ada suara, maka dengan kesal kuputuskan hubungan telepon tersebut. (nah, yang sempat baca tweets-ku tadi siang, pasti tahu nomor ponselnya, deh).

    Sore ini, nomor tersebut kembali menghubungiku dan dengan terang-terangan mengaku kalau dia itu si jurnalis yang kuceritakan di atas.

    Nggak ada angin, nggak ada hujan, miapah juga nih pecicilan yang satu ini berani menghubungiku lewat telepon?

    Aku hanya bisa mengumpat dalam hati sambil menjawab tiap pertanyaan si pecicilan (let me call him like this) tersebut dengan nada-sopan-yang-dipaksakan.

    Usut punya usut, ternyata memang ada udang di balik batu. Si pecicilan malah mulai berani menanyakan alamat rumahku, aku kuliah atau kerja di mana, bahkan… ia sudah berani mengajakku ketemuan.

    What the heck!

    Maka dengan mengkamuflase suara di telepon dan membuatnya seolah-olah ada gangguan signal, kuputuskan hubungan telepon tersebut.

    “Inikah yang dinamakan profesionalisme? Menyalahgunakan nomor kontak yang diberikan peserta workshop untuk kepentingan pribadi (baca: persepikan)? Shame on you!

    Hal serupa bukan hanya terjadi kali ini saja. Beberapa bulan lalu sempat juga terjadi padaku dengan pelaku seorang CS (cowok) di salah satu toko buku ternama di Manado (bahkan di Indonesia). You know what I mean.

    Saat berbelanja buku di tokbuk tersebut, aku mendapatkan 1 nomor undian karena total belanjaan di atas 200 ribu. Nah, di situlah data di kupon undian harus diisi dengan nama dan nomor ponsel. And… the same thing had happened that time.

    So again, I just want to ask:

    “Inikah yang dinamakan profesionalisme? Menyalahgunakan nomor kontak yang diberikan customer untuk kepentingan pribadi (baca: persepikan)? Shame on you!

    Akhir kata, berhati-hatilah dalam memberikan nomor ponselmu (apalagi kalau kamu merasa kecekayak aku) *ditampar berkali-kali*

    Hmm, tapi kalau sudah telanjur, sih, jalan satu-satunya, yah, cuekin saja oknum tukang sepik kayak gitu.That kind of guy doesn’t deserve our attention! Abaikan dan buang ke laut. Byuuurrrr!

    Lelaki (Kl)asik di Balik Vespa

    $
    0
    0
    Berhubung hari ini adalah Hari Blogger Nasional, maka aku berniat menambahkan 1 label baru di blog ini. Label apa? Namanya: "Interfiuh". Dalam label ini, aku berencana mengisinya dengan post berupa interview terhadap orang-orang yang kece di mataku. Kece dalam artian punya passion dan hidup di dalamnya. Orang-orang yang semoga bisa menginspirasi dan menularkan semangatnya.

    Kenapa labelnya 'interfiuh' bukan 'interview'? Alasannya sederhana: karena wawancara dilakukan dengan santai (atas nama pertemanan). Lagian kan 'interfiuh' cara bacanya sama aja kayak 'interview'. *ngeles* #plak

    Dan... siapakah orang kece pertama yang telah aku daulat sebagai narasumber pertama dalam "interfiuh" ini?

    JRENG-JRENG...

    Dia adalah seorang traveler (lebih tepatnya backpacker) yang mencandui kopi dan fotografi dan dialah si lelaki (kl)asik di balik vespa.

    Foto adalah koleksi pribadi narasumber

    Who is this man? Perkenalkan, namanya Benz Khouw.

    Tak perlu bertele-tele, let me start this "interfiuh"...

    1. Sejak kapan kamu suka vespa?

    Sejak pertama kali aku melihat gambar sebuah vespa. Seperti itu jugalah aku menyukaimu.

    Serius ini..

    Hehehe.. kapan, ya? Lupa persisnya kapan. Tapi mungkin waktu masih duduk di bangku SMP deh.

    2. Kenapa vespa bukan motor gede ato mobil balap?

    Aku lebih suka yang berbau-bau klasik.
    Mobil balap? Motor gede? Apa nggak terlalu cepat? Hidup itu ada baiknya jika kita jalani dengan santai sembari menikmati. Buat apa terburu-buru? Mengejar waktu? Nggak, kan?
    Naik vespa itu bagian dari hidup. Karena pada saat kamu naik vespa yang larinya nggak sekenceng motor gede itu, kamu punya kesempatan untuk melihat sekitar.
    Bayangkan kalo ngebut pake moge, kamu cuma melihat ke depan aja.

    3. Sudah seberapa jauh jarak yang kamu tempuh dengan vespamu? Ingin menempuh jarak sejauh apa?

    Kira kira sudah sejauh 900 KM aku berjalan dengan "si jagur". Aku masih ingin menempuh jarak yang lebih jauh lagi.
    Mungkin sejauh 27.000 KM, yang mana adalah jarak antara Indonesia hingga Italia; tempat di mana vespa pertama kali ditemukan.

    4. Wow! Apakah itu berarti kamu sedang menantang dirimu sendiri? Sebagai pembuktian? Kepada siapa? Ato hanya sebagai bentuk penyaluran hobi dan hasrat terhadap vespa itu sendiri?

    Mungkin itu adalah bagian dari perjalanan hidupku. Aku ingin mengukir suatu kebanggaan sebagaimana menyatu dengan hobi dan hasratku terhadap vespa itu.

    5. Jadi, persiapan apa saja yang sudah kamu lakukan dalam rangka mewujudkan your 27.000 KM ride by vespa?

    Persiapan mengumpulkan dana. Kalo pun jadi. Aku akan menggunakan vespa baru.

    Jadi, vespa yang lama bakal ditinggal? *abaikan*

    Nggak ditinggal, tetap digunakan. Karena sepertinya tidak memungkinkan untuk "si jagur" yang sudah berumur 41 tahun itu melakukan perjalanan yang jauh.

    Hmm, ibarat menikah berarti berpoligami?

    Tolong yahh. "Si jagur" berkelamin jantan.

    *break sejenak, ngakak dulu*

    6. Kata orang, your hobbies define you ato bisa juga you do your hobbies cause you can find yourself in them. Apa kamu setuju dengan pernyataan ini? Jika iya, analogikan dirimu dengan vespa.

    Karena sejak aku memutuskan hobi sama besi tua itu. Aku menemukan jati diriku sebenarnya.
    Karena diriku ada di dalam vespa. Dengan keklasikannya sama seperti keinginanku yang selalu ingin hidup di masa '70-an di mana masa vespa itu sendiri berjaya.
    Vespa itu nggak munafik. Vespa itu apa adanya. Terlihat rongsok di luar tapi dia memiliki kekuatan melebihi motor apa pun.
    Aku setuju dengan kalimat di atas.

    One last question (karena berhubung aku suka angka 7, jadinya pertanyaannya 7 aja)

    7. What would you say to your friends out there to convince them to ride vespa?

    Just ride it then you'll feel alive!

    Wanna know more about Benz Khouw? Follow his twitter account here or surf on his blog here.

    Pemenang Pengirim Naskah "Antologi Rindu" Terbanyak

    $
    0
    0
    Masih terhenyak dengan euforia yang luar biasa dari peserta Writing Project Antologi Rindu Tanpa Kata "Rindu", maka pada kesempatan ini izinkanlah saya mengumumkan Pemenang Pengirim Naskah TERBANYAK di tiap kategori.

    So, here they are:
    1. Kategori CERPEN: Evi Sudarwanto (total 3 naskah)
    2. Kategori FLASH FICTION: Dewi Sri & Sigit Eko Baskoro (masing-masing total 4 naskah)
    3. Kategori PUISI: M. Latif Afadyra (total 14 naskah)
    Pemenang di tiap kategori berhak mendapatkan:
    1. Kumcer "Setahun Berkisah" - Roy Saputra, dkk, & "DestinASEAN" - Roy SaputraVenusDendi Riandi, dkk.
    2. Novel "Lontang-Lantung" - Roy Saputra dan Kumcer "Sell Your Soul" - Eva Sri Rahayu, dkk.
    3. Novel "Trave(love)ing 2" - Roy SaputraTirta, dkk.
    Khusus pemenang di poin nomor 2 dan 3 WAJIB menulis REVIEW buku yang diterima sebagai hadiah.

    Untuk keempat pemenang, segera informasikan alamat & nomor ponselmu ke alamat email saya: sinshaen@gmail.com.

    Terima kasih atas partisipasi dan perhatiannya. ^^
    *also special thanks to Eveline Naomi yang sudah membantu proses perhitungan naskah terbanyak ini.


    Best regards,

    5 Rahasia Mata Lelaki

    $
    0
    0
    Picture is taken from here

    “Mata adalah jendela jiwa.” Suatu ungkapan yang tak hanya benar namun juga mengandung makna yang dalam. Lewat mata seseorang, kita bisa mengetahui ketulusan bahkan karakter asli orang tersebut. Percayakah?

    Bahkan katanya juga, dari tatapan mata orang (asing) yang hendak menggendongnya, seorang bayi bisa mendeteksi mana orang yang tulus dan yang tidak. Makanya, bayi tak mau begitu saja digendong oleh sembarang orang. Bayangkan, hanya dari tatapan mata! Again, percayakah?

    Mata memang punya sejuta pesona juga menyimpan sejuta rahasia di dalamnya. Dan kali ini, aku ingin membahas tentang 5 rahasia mata lelaki. FYI, post ini in my humble yet sotoy opinion aja, sih. #plak 


    1. Liar

    Fakta ini tidak bisa dibantah. Lelaki tercipta dengan mata liar apalagi terhadap objek yang dinamakan makhluk Tuhan paling seksi alias PEREMPUAN. Beberapa lelaki bahkan langsung “berfantasi” (if you know what I mean) hanya dengan (tak) sengaja melihat perempuan yang menarik di matanya.

    2. Jujur

    As I told you before, dari mata seseorang kita bisa melihat ketulusan pun karakternya. Mata lelaki apalagi. Meskipun para lelaki “dikaruniai” mulut gombal #plak, tapi tetap saja mata mereka tak bisa berbohong. Sederhananya, ketika kamu merasa sedang digombali oleh pasanganmu (poin ini khusus perempuan), tatap matanya dalam-dalam. I’m quite sure you could see whether he lies or not through his eyes. Go prove it!

    3. Jerat

    Beberapa lelaki memang beruntung tercipta dengan keistimewaan ini. Hanya dari tatapan matanya saja, mereka bisa “menjerat” bahkan meluluh-lantahkan hati perempuan. Contoh lelaki bermata “jerat”: John Mayer, Zac Efron, para lelaki dari Timur Tengah, dan silakan kamu tambahkan sendiri yang menurutmu layak. :D

    4. Penyebab susah move-on

    Pernahkah tatapan mata seorang lelaki malah mengingatkanmu dengan seseorang di masa lalu? Ketika menatap matanya, kamu malah teringat dengan ‘seseorang-yang-sebenarnya-sudah-dengan-susah-payah-coba-dilupakan alias mantan kekasih atau bisa juga mantan kasih-tak-sampai. #plak *poin ini mungkin semacam curcol* ._.

    5. Ganas

    Pernah lihat lelaki yang sedang berang ataupun bernafsu? Seakan-akan ada api yang menyala-nyala dan siap membakar siapapun yang ditatapnya. Hal ini pun menegaskan 1 hal: jangan “bermain api” dengan lelaki agar kamu tak terbakar. *ini bukan curcol*

    Hmm, apalagi ya? Ada tambahan?



    *related post “A Captive of His Eyes”

    #FF100Kata

    $
    0
    0
    Awalnya sederhana…

    Ketika asyik celingak-celinguk nggak jelas di malam Minggu yang sepi (?) 3 pertanyaan penting tiba-tiba melintas di otak saya tanpa diundang:
    1. What should I do to ‘celebrate’ this November?
    2. Kenapa blog sudah jarang di-update?
    3. How to tempt myself to write again in blog as I used to do?
    3 pertanyaan yang seketika mendapatkan 1 jawaban yang berupa pertanyaan:
    KENAPA NGGAK MENANTANG DIRI SENDIRI UNTUK BIKIN FLASH FICTION 100 KATA?
    Lalu, otak kembali berpikir:
    KENAPA NGGAK NGAJAK ORANG LAIN (YANG MUNGKIN ‘SENASIB’) UNTUK IKUTAN FLASH FICTION 100 KATA INI?
    *’senasib’ berarti sama-sama karena-alasan-yang-entah-apa sudah jarang update blog (padahal mungkin dulunya rajin).

    Berawal dari pertanyaan tersebut (juga untuk mengobati ‘rasa deg-degan’ para peserta Antologi Rindusebelum pengumuman 40 besar di tiap kategori pada tanggal 24 November 2013 nanti), maka saya ingin menantang kita semua (ya, termasuk saya sendiri) untuk ikutan dalam proyek menulis bertajuk #FF100Kata.

    Kenapa FF? Kenapa 100 kata?
    1. Karena saya sudah jatuh cinta sama FF sejak zaman batu dan di mata saya, orang yang jago menulis FF itu adalah jelmaan makhluk Tuhan yang paling seksi. #yakali
    2. Karena menulis dalam rangka mengisi blog dan ‘menggodai’ diri sendiri untuk merumuskan flash fiction hanya dalam 100 kata itu MENANTANG.
    So, apakah kamu mau ikut menantang dirimu dengan ikutan writing project ini?

    Jika iya, yuk simak aturan mainnya di bawah ini:
    1. Kamu harus punya blog platform apa saja (blogspot, wordpress, tumblr, dll)
    2. Tiap hari (tepatnya pada pukul 18:00) saya akan melempar 1 TEMA (lewat tweet di akun twitter saya ini) dan teman-teman, saya persilakan menulis FLASH FICTIONSESUAI TEMA (tema hari ini akan dilempar hari sebelumnya, begitu seterusnya. DEADLINE untuk tiap tema/hari pukul 18:00 WIB.
    3. Flash fictionHARUS berjumlah 100 kata (tidak termasuk judul)
    4. Genre tulisan BEBAS
    5. Cantumkan di bagian paling bawah tulisan: Diikutsertakan dalam #FF100Kata (backlink ke post ini)
    6. Setelah publish tulisan di blog, silakan mention saya dengan format: #(tema) - JUDUL FF – LINK - #FF100Kata - @sinshaen cc: @naztaaa.Contoh: #Rindu – One Night Stand – http://sindyisme.blogspot.com/one-night-stand-html– #FF100Kata – @sinshaen cc: @naztaaa
    7. Writing project ini akan berlangsung selama 15 hari, yaitu pada tanggal 7 – 21 November 2013.
    8. Mention link saya tunggu paling lambat pukul 18:00 WIB tiap harinya (untuk tiap tema)
    9. Bagi yang nggak sempat ikutan di hari tertentu, bisa ikutan di hari lain dengan tetap memperhatikan poin nomor 8.
    10. Penilaian juri adalah SAH dan tidak dapat diganggu-gugat.

    Jadi, mudah saja, kan?

    Hmm, anyway karena saya baik #plak, maka saya berencana memilih 7-11 FF terbaik (jumlah ini tentative tergantung dari jumlah FF yang masuk tiap harinya *lalu berdoa semoga banyak* :D) di tiap tema (tiap harinya) untuk kemudian dikumpulkan dalam 1 kompilasi berupa E-BOOK (jadi totalnya ada ±165 FF, belum termasuk FF punya saya dan 1 orang juri *ditujes*). E-book ini akan saya bagikan GRATIS hingga bisa dinikmati oleh siapa saja terutama para pecinta FF di luar sana. *nangis terharu*

    Daannn… karena saya memang beneran baik *ditendang* maka saya sudah menyiapkan hadiah untuk 3 kategori, yaitu:

    1. FF terbaik I (di antara semua FF yang masuk selama penyelenggaraan writing project ini), hadiah berupa:
    • Uang tunai Rp. 100.000,-
    • 1 kumcer “Sell Your Soul!” – Eva Sri Rahayu, dkk.
    • 1 novel “Ketika Hujan” – Orina Farzrina
    • 1 kumcer “In The Name Of(f) Love” – Eva Sri Rahayu, dkk.
    2. FF terbaik II (di antara semua FF yang masuk selama penyelenggaraan writing project ini), hadiah berupa:
    • 1 novel “Ketika Hujan” – Orina Farzrina
    • 1 kumcer “Sell Your Soul!” – Eva Sri Rahayu, dkk.
    3. Peserta yang anteng a.k.apaling setiaikutan writing project ini dari tanggal 7 – 21 November 2013 (jika ada beberapa yang masuk nominasi, saya hanya akan memilih 1 orang), hadiah berupa:
    • 1 kumcer “Cerita Horor Kota” – Dwitasari, Anastasye Natanel, Putra Zaman, dkk.
    • 1 kumcer “Kata Mitos” – Anastasye Natanel, dkk. 
    * hadiah buku di atas dipersembahkan oleh 2 penulis kece ini: Eva Sri Rahayu& Anastasye Natanel. Dan hadiah uang tunai dipersembahkan oleh Farry Doni. Go follow them on twitter! ^^

    ** khusus pemenang kumcer “Sell Your Soul!” dan “In The Name Of(f) Love” WAJIB menulis REVIEW di blog-nya. 


    NB: hadiahnya mungkin tak seberapa, tapi kiranya bukanlah hadiah yang memotivasi kita untuk menulis. Kita menulis karena kita mendapatkan kepuasan saat dan setelah melakukannya, kalaupun dapat hadiah anggaplah itu bonus. :D

    Juri dalam writing project ini adalah:
    • Anastasye Natanel; penulis, blogger, twitter user spesialis tweet mesum
    • Sindy Shaen (saya sendiri); blogger (newbie), penikmat FF, John Mayer’s future-wife

    So, let’s ‘celebrate’ this November (rain) by giving our best shot on this #FF100Kata! ^^



    Best regards,



    Sindy Shaen
    Viewing all 178 articles
    Browse latest View live